Rabu, 01 Juli 2020

wanita itu istimewa

tentang sebentuk makhluk yang begitu indah dan mulia. Ia istimewa. Ia berharga. Ialah wanita.

Wanita, aku, dirimu, kita, Alhamdulillah termasuk ke dalamnya. Adakah kita telah bangga terlahir ke dunia sebagai wanita? Ataukah kita justru bertanya, dan meminta, bisakah jika kita menjadi lelaki saja?

Aku, kamu, kita, mungkin punya cerita yang berbeda tentang menjadi wanita. Namun bagiku, satu dari sekian hal yang paling aku syukuri dalam hidup ini adalah terlahir sebagai wanita. Karena tentu, Allah tak berikan predikat wanita ini kepada orang yang tak dikehendaki-Nya. Hingga bagiku adalah kebanggaan tersendiri Allah izinkan untuk menjadi wanita seutuhnya.

Kau tahu? Wanita adalah makhluk yang istimewa. Allah sendiri yang berkata dalam surah an-Nisa agar wanita menjulurkan jilbab dan menjaga pandangannya. Untuk apa? Tentu saja untuk menjaganya. Karena wanita begitu berharga, Allah muliakan ia dengan menjadikan seluruh tubuhnya aurat kecuali telapak tangan dan wajahnya.

Tidak hanya itu. Wanita istimewa karena hanya ia yang Allah izinkan untuk bisa melahirkan dan menyusui anaknya. Dari rahimnya terlahir manusia-manusia pemimpin dunia, dari rahimnya lahir generasi-generasi penerus bangsa. Di tangannyalah terletak madrasah pertama. Ucapannya adalah doa yang mustajabnya langsung naik ke langit tujuh lapis. Maka jika ia “sempurna” niscaya anak-anaknya pun terjaga. Begitu pun sebaliknya.

Istimewanya wanita jangan lagi ditanya. Bahkan seorang kekasih Allah, Rasullah, ketika ditanya, “Kepada siapa aku harus berbuat baik, wahai Kekasih Allah?” “Ibumu, Ibumu, Ibumu, lalu Ayahmu,” jawabnya. Tiga kali disebut, menandakan begitulah kemuliannya.

Kemudian, ia juga sangat istimewa karena di “telapak”nya itu ada surga. Tentu kau tahu atau setidaknya pernah mendengar bagaimana indahnya negeri surga? Ah, betapa istimewanya ia. Allah izinkan keindahan nan abadi yang dirindukan hampir seluruh manusia itu ada di bawah telapaknya. Ya, karena wanita begitu istimewa.

Ada lagi. Mengapa Allah banyakkan bagian warisan lelaki dibanding warisannya? Bukan untuk merugikannya. Tapi justru karena warisan lelaki adalah milik ibu, saudara perempuan, anak, dan istrinya juga. Namun, warisan wanita? Hanya untuknya, tidak wajib dibagi ke siapa-siapa.

Bahkan yang semakin membuatku bangga menjadi wanita adalah karena Allah secara khusus memasukkan satu surat dalam firman-Nya yang dinamai-Nya an-Nisa yang berarti wanita. Apalagi kalau bukan karena wanita istimewa?

Terakhir dan yang sangat menggoda adalah bahwa Allah izinkan wanita mendapatkan sesuatu yang teramat istimewa yang tidak diberikan pada makhluk selainnya. Tentu kau pun pernah mendengar sabda Rasul, “Jika seorang wanita shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatan, dan taat pada suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia suka.” Masya Allah, betapa memang wanita itu mulia, berharga, dan istimewa.

Bukankah begitu lengkap dan sempurna Allah berikan keistimewaan pada wanita? Lantas, masih adakah dari kita yang menyesal telah terlahir sebagai wanita? Masih adakah dari kita yang berpikir ingin menjadi lelaki saja?

Syukurilah. Karena sejatinya, kita begitu istimewa. Dan jagalah, apa yang Allah izinkan hanya kita memilikinya. Hingga jika nanti dipanggil-Nya, semoga kita dalam keimanan yang sebaik-baiknya. Kemudian kelak di akhirat-Nya, Allah izinkan kita untuk menjadi salah satu dari bidadari surga-Nya. Semoga saja.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” (H.R. Muslim)

Senin, 08 Juni 2020

suamiku tercinta

Suamiku…
Dia adalah yang menaklukan hatiku ketika pertama memandang
Dia adalah hadiah Ar Rahman kepadaku setelah kesabaranku menanti

Betapa sering dalam sujudku bermunajat
Agar dianugerahi teman yang shalih
Teladan dalam meniti hidup
Yang menjaga rahasiaku
dan
Mengusap air mataku
S’lalu berusaha mengembalikan senyuman
Di bibirku

Dia lah suamiku
Nahkoda bahteraku
Dia adalah orang yang membangunkan di kelam malam
Dengan setiap rakaatnya… kian bertambah cintaku padanya
Dia tak kan nyenyak tidur ketika sakitku

Yang memaafkan salahku
Dengan akhlak Nabi ia memperlakukanku
Dialah teman dunia dan akhiratku

Ya Allah jagalah ia dan mudahkanlah urusanya
Jauhkanlah ia dari fitnah dunia dan perhiasannya
Sibukkan dia dengan cita2 akhirat dan jadikan dia ridha kepadaku
Jasad kami fana di dunia ini.. maka jadikanlah cinta dan kasih sayang kami sepanjang masa hingga di surga

Segala puji bagiMu ya Rabb
Yang telah menganugerahkan pria ini untukku
Sungguh! Aku bersaksi kepadaMu bahwa
Kucintakan dia di jalan Mu
Jangan lah jauhkan aku dari dia
Dan jadikanlah aku bidadarinya dunia dan akhirat

Aamiin...

Minggu, 07 Juni 2020

Suamiku

Wahai Suamiku...
Dikala susah, kau setia mendampingiku...
Ketika sulit, kau tegar di sampingku...
Saat sedih, kau pelipur laraku...
Dalam lesu, kau penyemangat jiwaku...
Bila gundah, kau penyejuk hatiku...
Kala bimbang, kau penguat tekadku...
Jika lupa, kau yang mengingatkanku...
Ketika salah, kau yang menasehatiku...

Wahai Suamiku...
Telah sekian lama engkau mendampingiku...
Kehadiranmu membuatku menjadi sempurna sebagai seorang istri...
Lalu, atas dasar apa aku harus kecewa padamu...? Dengan alasan apa aku perlu marah padamu...?


Wahai Suamiku...
Aku telah memilihmu untuk menjadi imamku...
Aku yakin bahwa engkaulah yang terbaik untuk menjadi bapak dari anak-anakku...
Begitu besar harapan kusandarkan padamu...
Begitu banyak tanggungjawab kupikulkan di pundakmu...
Wahai Suamiku...
Ketika aku sendiri, kau datang menghampiriku...
Saat aku lemah, kau ulurkan tanganmu menuntunku...
Dalam duka, kau sediakan dadamu untuk merengkuhku...
Dengan segala kemampuanmu, kau selalu ingin melindungiku...

Lalu...

Atas dasar apa aku tidak berterima kasih padamu...?
Dengan alasan apa aku tidak berbakti padamu...?
Seberapapun materi yang kau berikan, itu adalah hasil perjuanganmu...
Sungguh, kesungguhanmu beramal shalih telah membanggakanku...
Tekadmu untuk mengajakku dan anak-anak istiqomah di jalan Allah membahagiakanku...
Sekali lagi kukatakan, tekadmu untuk mengajakku istiqomah di jalan Allah benar-benar membahagiakanku...

Maafkan aku wahai suamiku...
Akupun akan memaafkan kesalahanmu...
Segala puji hanya milik Allah yang telah mengirimmu menjadi imamku...
Aku akan taat padamu untuk mentaati Allah Ta'ala...
Aku akan patuh kepadamu untuk menjemput ridho-Nya...

Mari kita bersama-sama untuk membawa bahtera rumah tangga ini hingga berlabuh di pantai nan indah, dengan hamparan keridhoan Allah Ta'ala, segala puji hanya untuk Allah yang telah memberikanmu sebagai jodohku...

Ya Allah, lindungilah suamiku, bahagiakan dia di dunia dan di akhirat, perbaikilah dia dan berikanlah petunjuk kepadanya, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu...

Ya Allah, jadikan aku sebagai penyejuk mata suamiku dan jadikan dia sebagai penyejuk mataku...

Ya Allah, jadikan aku cinta kepadanya dan jadikan dia cinta kepadaku, serta berikan kepada kami kecintaan untuk mencari keridhoan-Mu dan melaksanakan ketaatan kepada-Mu...

Ya Allah, kumpulkan aku bersamanya di Surga-Mu dan jadikanlah aku sebagai istri dan pendampingnya di dunia dan di akhirat yang kekal...

Aamiin..

Dear Suamiku...

Entah dengan apa aku harus menggambarkan segala rasaku padamu. Tak cukup dengan untaian kata, dan barisan kalimat indah.

Tak mampu tergambar dengan pewarna apapun, semuanya terlalu indah..
Tak kan ada kanvas yang mampu membingkai semua warna tentangmu..
Karena kau begitu indah di sini.. dihatiku..
Tahukah betapa besar rasa syukurku, ketika Allah memilihku menjadi pendampingmu..
Tak pernah ku merasa cukup mensyukuri nikmat itu..
Batapa bahagiaku ketika kau memilihku diantara sekian banyak bidadari yang jauh lebih
indah di luar sana..

Kau tahu dengan sangat tahu, aku hanya wanita dengan segala keterbatasan. dan kau tetap
memilihku..

Duhai lelaki pilihan Allah untukku.. Tahukah betapa buncahan di dada ini seakan ingin meledak, membawaku ke awan yang hanya mampu kuekspresikan dengan air mata.

Ketika dari lisanmu kausebut namaku dalam lantunan ijab kabul yang suci.
ketika itu pula ku abdikan diriku padamu, dengan segala ketundukan yang kumiliki..
dan kau tahu, bahwa akan ku patuhi inginmu selama tak bermaksiat pada sang maha Kasih,
Rabbul izzati..

Duhai Lelakiku, penghias mata dan hatiku..
Tak pernah ku lalui tiap hari, tiap jam, tiap detik kecuali kulalui hanya dengan jatuh cinta padamu..
Tak akan pernah berkurang rasa ini padamu, karena di sini di hati ini kaulah yang terindah..
Dan akupun berharap dengan segala kekuranganku, kau sudi menjadikanku perhiasan terindah di mata dan hatimu..

Aku tahu, diri ini tak jelita dan tak secerdas Aisyah, apa lagi setakwa Khadijah, namun sungguh ku akan belajar mencintaimu seperti mereka, cinta yang terbingkai atas namaNya..
Kasihku, pewarna terindah dalam hidupku.. tahukah betapa tiap pagi kulalui dengan rasa cemas melepasmu pergi, sungguh bukannya aku tak percaya pada kesetiaanmu.
Namun mungkin karena cinta ini begitu besar padamu, dan akan berakhir dengan pelukan
penuh rindu ditiap senjaku.. menyambutmu dengan segenap rindu dan cintaku.

Cintaku, labuhan hatiku..
Gandeng tanganku ke JannahNya..
Jangan segan membangunkanku di 1/3 malam terakhir, bersama kita mengarungi samudra cinta dalam lautan dzikir..
jangan pernah segan menegurku dalam tiap khilafku, aku adalah wanita bisa, ada kalanya ku berbuat salah padamu, maka bersabarlah padaku, jangan membentakku atau membiarkanku..
kau tahu aku adalah kaum yang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok..
Tatap mataku dengan cintamu, genggam tanganku dan nasihati aku dengan lembut. kau akan menemukanku menangis dalam dekapanmu.. dan kau akan kembali memiliki hatiku..

Kasihku dunia akhirat..
Kau adalah nahkodaku, kemana kau mengarahkan haluan rumah tangga kita, di situ pula aku akan mengikutimu..
Maka jadilah imam yang baik untukku, Ajarkan aku mencintaimu karenaNya..
Ridholah padaku, maka Rabb kitapun akan Riho padaku..
Mudahkanlah jalanku ke JannahNya..
Sungguh, cintaku padamu akan bertambah seiring ketakwaanmu padaNya, dan akan berkurang dengan kemaksiatanmu pada-NYa..
Aku mencintaimu karena Allah...

Ana ukhibbu fillah

Rabu, 12 September 2018

Saat ku merindukanmu

Rindu adalah rentang, sebuah panjang yang tak ingin ku ukur. sebuah pilu yang ku ingin kubur.
Rindu adalah ketiadaan penghuni dalam ruang antara taman hati dan semesta pikirmu.
Rindu adalah jeda, untuk lebih mencintaimu
Rindu adalah sejenis penyakit, menyerang paru-parumu, meneror detak jantungmu, mencemari alur pikirmu. Hati-hati dengan rindu, ia bs menyakitimu.
Rindu adalah senyawa, menyamar menjadi oksigen, kala kau menempatkan bayangannya dalam membran kepala.
Rindu itu, hitungan langkah kaki untuk mendekat denganmu.
Rindu itu, adalah segelas pelukan. Kau siapkan dan jaga agar tetap hangat. Hingga ia menghampirimu.
Rindu itu, kala aku lupa not derit langkah kakimu di terasku. Melodi yang hilang, lagu yang usang. Kuulang sampai kau datang.
Rindu itu, adalah waktu dimana aku menjadi pelukis. Kala ketidaktentraman membuatku terpejam. Kulukis bayanganmu dalam kelopak mataku.
Rindu itu penawar ulung, kau bisa jual apa saja untuk menghabiskannya. Kau jual waktu dan jarak, dan bahkan energimu.
Rindu adalah gema suara yang terngiang di telinga, terputar berulang dalam benak jiwa
Rindu itu keikhlasan untuk tak bersua, tak senada dan tak seirama dalam sepotong waktu yang ada. Sementara.
Rindu itu adalah gairah menggebu untuk bertemu dalam rintihan waktu.
Rindu adalah ketaklukanku, atas harapan pada setiap pori-pori dan wujud nyatamu, agar singgah hadapanku.
Rindu itu ketaklukanku atas bayanganmu.
Rindu itu lonceng waktu, untuk selalu mengingatmu.
Rindu itu, menutup mata kala terjaga. Mengharap kau ada saat esok tiba.
Rindu itu indra perasa, dan semua berubah menjadi pahit seketika.
Rindu itu adalah, ketika aku terpaku pada guratan wajah berpigura di sudut kamarku.
Rindu itu bibit, awal kegilaanku tentangmu.
Rindu itu perkara. Membuatmu terpuruk dlm penjara, menunggu bebas, menunggu lepas. Oleh sebait suara dan sesosok bayangan jiwa.
Ketika hatiku berteriak di kejauhan, dan hanya kau yang mendengar. Itulah rindu.
Rindu itu waktu dan aku.
Aku merindukanmu cinta...

Rabu, 01 Maret 2017

SKRIPSI PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03 TUBAN TAHUN PELAJARAN 2016-2017



PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03 TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


SKRIPSI


 








Oleh:
NURUL KHOTIMAH
NIMKO: 2013.4.025.0001.1.003362



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHMAKHDUM IBRAHIM
(STITMA) TUBAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03 TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017


SKRIPSI



Diajukan untuk Memenuhisalah SatuPersyaratan
MemperolehGelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah Tinggi Ilmu TarbiyahMakhdum Ibrahim Tuban
(STITMA) Tuban
Tahun Akademik 2016/2017



Oleh:
NURUL KHOTIMAH
NIMKO: 2013.4.025.0001.1.003362



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHMAKHDUM IBRAHIM
(STITMA) TUBAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
Nota             :    Persetujuan                                      Tuban, 28 Januari 2017
Lampiran    :    3 Exemplar Skripsi
Hal               :    Bimbingan Skripsi
           Kepada,
Yth,   Bapak Ketua STITMA
           Jl. Manunggal 10-12 Tuban
           Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah diadakan pemeriksaan, penelitian, dan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa naskah skripsi saudari :

Nama                     :    NURUL KHOTIMAH
NIMKO                 :    2013.4.025.0001.1.003362
Tempat                   :    Kampus STITMA Jln. Manunggal 10-12 Tuban
Hari / Tanggal        :    28 Januari 2017
Judul                      :    PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 3 TUBAN TAHUN PELAJARAN 201/2017

Telah dapat diajukan sebagai syarat menempuh ujian untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Strata 1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
            Saya mohon agar skripsi ini dapat diterima dan mendapatkan pengesahan dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim ( STITMA )Tuban. 

Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Dosen Pembimbing


DR. H. SUTRISNO RACHMAT S.E., M.Pd., M.M
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Dewan Penguji Skripsi Program Pendidikan Agama Islam S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban telah mengesahkan Skripsi Saudara (i) :
Nama                     :    NURUL KHOTIMAH
NIMKO                 :    2013.4.025.0001.1.003362
Tempat                   :    Kampus STITMA Jln. Manunggal 10-12 Tuban
Judul                      :    PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 3 TUBAN TAHUN PELAJARAN 201/2017
dan memenuhi sebagai syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dalam Fakultas Tarbiyah STITMA Tuban.


PENGUJI


NAMA

TANDA TANGAN

Pengujian I


Drs. ALI FAUZI, M.Pd


Pengujian II


Drs. H. FATHUL AMIN, M.Pd.I


                                                                                
Tuban, 12 Februari 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Makhdum Ibrahim Tuban
Ketua,




M. AINUL YAQIN, S.Ag., M.Pd.I.



ABSTRAK

Khotimah, Nurul. 2017. Pengaruh Pembiasaan Sikap Keagamaan Terhadap Perilaku Siswa.(Studi Kasus Pada Lembaga Sekolah Menengah Pertama Negeri 03 Tuban Tahun pelajaran 2016/2017). Skripsi Program Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
Pembimbing : Dr. H. Sutrisno Rachmat S.E., M.Pd., M.M.
Kata Kunci : Pengaruh, Pembiasaan, Sikap Keagamaan, Perilaku.

Masalah penelitian ini mengungkap tentang pengaruh pembiasaan sikpa keagamaan terhadap perilaku siswa. Teori teori digunakan sebagai landasan dala pelaksanaan penelitian ini antara lain teori tentang pembiasaan , sikap keagamaan, dan perilaku.
Berdasarkan pada latar belakang masalah (a) Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017.(b) Bagaimana kualitas perilaku keagmaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017(c) Apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagmaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017. Tujuan penelitian adalah (a) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017, (b) Untuk mengetahui bagaimana kualitas perilaku keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017 dan (c) Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
Peneliti ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif melalui teknik analisis deskriptif korelasional dengan menggunakan statistik parametrik secara kuantitatif adalah untuk mengolah, Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah dikumpulkan melalui angket  sedangkan secara deskriptif korelasional dimaksudkan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang di teliti.Teknik sapling yang digunakan adalah teknik sampling sistematis subjek pelitian adalah 100 orang dari 486 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat hipotesis yang diajukan semuanya diterima dan di dukung oleh data empirik.
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan pembiasaan sikap keagamaan siswa sebesar 87% baik . Kualitas perilaku siswa 85% baik  dan hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagamaan 92% .
Berdasarkan hasil temuan penelitian, di rekomendasikan : (a) semua guru perlu ikut aktif juga dalam pembiasaan sikap keagamaan bersama siswa (b) guru memberi perhatian dalam memantau pelaksanaan siswa saat sholat dhuha  dan jamaah sholat dhuhur. Selanjutnya bagi peneliti lain diharapkan adanya peneliti yang sejenis yang menganalisis berbagai pembiasaan sikap keagamaan selain dari dua faktor tersebut agara di dapatkan hasil yang yang lebih komprehensif.
ABSTRACT

Khotimah, Nurul. 2017. The effect of habituation Religious Attitudes Toward Student Conduct. (Case Study at the Institute Junior High School 03, Tuban The school year 2016/2017). Thesis Program of Islamic Education College of Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
Supervisor: Dr. H. Sutrisno Rachmat S.E., M.Pd., M.M.
Keywords: Effect, habituation, Religious Attitude, Behavior.

The problem of this research reveal about religious sikpa habituation effect on student behavior. The theories used as the basis dala implementation of this research include the theory of habituation, religious attitudes, and behavior.
Based on the background of the problem (a) How is the implementation of habituation religious attitude of students in SMP Negeri 3 Tuban The school year 2016-2017. (b) How is the quality of students' behavior keagmaan in SMP Negeri 3 Tuban The school year 2016-2017 (c) Is there a relationship influences habituation keagmaan stance on student behavior SMP Negeri 3 Tuban the school year 2016-2017. The purpose of research is (a) To find out how the implementation of habituation religious attitude of students in SMP Negeri 3 Tuban in the school year 2016-2017, (b) To find out how the quality of student religious behavior in SMP Negeri 3 Tuban in the school year 2016-2017 and (c) To any linkage effect of habituation religious attitude towards the behavior of students of SMP Negeri 3 Tuban in academic year 2016-2017.
Researchers used survey method with quantitative approach with descriptive analysis techniques correlational using parametric statistical quantitatively is to process, analyze and interpret the data that has been collected through questionnaires while descriptive correlational intended to systematically describe the facts, the nature and the relationship between phenomena in teliti.Teknik sapling techniques used are subject pelitian systematic sampling was 100 people from 486 people. The results showed that of the four hypotheses proposed are accepted and supported by empirical data.
From the research results can be concluded that the implementation of habituation religious attitude of students is 87% good. Quality 85% good student behavior and relationships influence habituation religious attitude 92%.
Based on the findings, recommended: (a) all of the teachers also need to participate actively in religious attitude with students habituation (b) teachers' attention in monitoring the implementation of current students and pilgrims Duha prayer dhuhur. Furthermore, for other researchers expected that the researchers who analyzed various habituation similar religious attitude apart from these two factors agara in get more comprehensive results.


مجردة
            نوروالخاتمة,(20132503736). تأثير التعود المواقف الدينية نحو سلوك الطلاب. (دراسة حالة في معهد مدرسة اعداديه 03، توبان العام الدراسي. برنامج أطروحة كلية التربية الإسلامية من طربيه مخدوم إبراهيم(STITMA) توبان.
المشرف.سوترسنو رحمات.، غشاء مخاطي.
كلمات البحث: تأثير، والتعود، الموقف الديني والسلوك.

مشكلة هذا البحث تكشف عن الديني تأثير التعود على سلوك الطلاب. نظريات تستخدم في تنفيذ أساس دالا هذا البحث تشمل نظرية التعود، والمواقف الدينية، والسلوك
          وبناء على خلفية المشكلة (أ) كيف يتم تنفيذ الموقف الديني التعود الطلاب في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان السنة الدراسية. (ب) كيف هي نوعية سلوك الطلبة في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان السنة الدراسية  (ج) هل هناك تأثيرات العلاقة التعود موقف على سلوك الطلاب المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان العام الدراسي. والغرض من البحث هو (أ) لمعرفة كيفية تنفيذ موقف التعود الديني للطلاب في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان في العام الدراسي ، (ب) لمعرفة كيف نوعية السلوك الديني الطالب في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان في العام الدراسي .و(ج) أي تأثير الربط بين الموقف الديني التعود نحو سلوك الطلاب من المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان في العام الدراسي.
          واستخدم الباحثون المنهج المسحي مع النهج الكمي مع تقنيات التحليل الوصفي الارتباطي باستخدام حدودي الإحصائية الكمية غير لمعالجة وتحليل وتفسير البيانات التي تم جمعها من خلال الاستبيانات بينما الارتباطي وصفي تهدف لوصف منهجية الحقائق، وطبيعة والعلاقة بين الظواهر تقنيات شتلة المستخدمة تخضع العينات المنتظمة كان مائة شخص من وأربعمائة وستة وثمانين شخص. وأظهرت النتائج أن من الفرضيات الأربعة المقترحة مقبولة وبدعم من البيانات التجريبية.
          من نتائج البحوث يمكن استنتاج أن تنفيذ موقف التعود الديني من الطلاب هو 87٪ جيد. جودة 85٪ سلوك الطالب الجيد والعلاقات تؤثر الموقف الديني التعود 92٪.
          واستنادا إلى النتائج، أوصت بما يلي: (أ) كل من المعلمين في حاجة أيضا إلى المشاركة بنشاط في الموقف الديني مع الطلاب التعود (ب) الاهتمام المعلمين في رصد تنفيذ الطلاب والحجاج الحالي الضحى صلاة ظهور. وعلاوة على ذلك، يتوقع لباحثين آخرين أن الباحثين حللوا مختلف التعود الموقف الديني مماثل بصرف النظر عن هذين العاملين أغارا في الحصول على نتائج أكثر شمولا
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03 TUBAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Agama . Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1.        M. Ainul Yaqin, S.Ag., M.Pd.I selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
2.        Dr. H. Sutrisno Rachmat S.E., M.Pd., M.M Selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan masukan dan motivasi kepada penulis
3.        SegenapDosenAlmDrs. KH. Abd. Rahman Ghany, M.Pd.I yang selalu menjadi inspirasi penulis, kepada DPL KKN Drs. Ali Fauzi, M.Pd, KH. Mashad Ustman, SH, MPd.I, Drs. K. Ainul Yaqin , M.Pd.I, Drs. KH. Admad Munzdir, M.Si, Drs. H. Kasduri, M.Pd.I, Drs. KH. Muhdhir, M.Pd.I, Drs. Mirojul Huda, M.Pd.I, Drs. Muhlasin, MPd.I, Drs,. Darwan Setyono, M.PdM. Syafudin YuliantoS.Ag. M.Pd.I,Misbahul Munir, S.Pd, M.PdI.Shofiyan Yunus, S.Pd. M.Pd. Drs. Imam Supriadi, M.H.I.Drs. Fathul Amin, M.Pd.I, Ahmad Zaini, S.Ag. M.Si, M. Thoifur, S.Ag, M.PdI, Jamal Ghofir, S.Sos, MA, M. Zaqin, S.Pd, M.Pd, Syafi’I, S.PdI, M.Pd, Siswoyo, S.Pd, MM.
4.        Witono, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 03 Tuban yang telah member ijin melakukan penelitian.
5.        Hj. Annisa’i choiriyah, M.Pd selaku guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Tuban yang mendampingi penulis saat melakukan penelitian.
6.        NyHj. Basyirohzawawi yang menjadi motivator penulisuntukterusmenuntutilmu, ZainalMakarimAzach. SitiAniqoh, S.Ag, UstM.Nursalim, Saeno, S.PdI, BudhiSutomo, SH, Suryadi, S.Ag, HariWibowo, S.Pd, AinurRo’fah, SPd, M. Hisyam, S.Pd SS, Ma’shummah, UmmiZaidah, S.Pd, NisfulllailatusSa’adah, S.Pd,LaeliMahfudhotin, S.Pd, Suwito, S.PdI, Sulaiman, S.PdI, SitiMusrifah, S.Pd, DestarisEkanurkumala, S.Sos, M. Hasyim, S.PdI, M. Mas’ud As sa’dhili, S.Pd, Ekaminhatulmaula, S.Pd, Siti Andayani, FiyyaKasrotulHasanah dan seluruh keluarga besar yayasan AL HidayahJenu yang selalumendorongdanmemberikankebebasanwaktukepadapenulisuntukmenyelesaikantugasakhirdalamstudi strata  satutepatpadawaktunya.
7.        Kepada orangtuaku ayahanda Tumidi dan Ibunda Utami yang sangat saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.
8.        Adikku tercinta, M. Nadhifan Irkham atas keceriaan, masukan, dan dukungan yang telah diberikan
9.        Kepada sahabat-sahabatku kelas C Akselerasi Angkatan 2013 .terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan hingga saat ini.
10.    Teman-teman satu pembimbing akademik terima kasih atas semangat dan kerja samanya.
11.    Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf  bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran kami hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.



HALAMAN PERSEMBAHAN




Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah,
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,
Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuanganku
Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Bapak,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Bapak,,, Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu.. 
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tanganku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Bapak  (Tumidi),,,Ibu (Utami)...Terimakasih...
we always loving you

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku.

Untuk Adikku tersayang M. Nadhifan Irkham, 12 tahun terpaut selisih usia kita, namun masih saling bertengkar, ribut dan berebut, canda tawa mu menjadi pelengkap kebahagiaan, maaf masih belum bisa menjadi panutan terbaik untukmu, terimakasih sudah menjadi salah satu alasan untuk saya terus berusaha  menjadi kakak yang baik dan tauladan untukmu. kita berdualah harapan orang tua.
... i love you all” :* ...

"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain.
"Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan Stitma Tuban

“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi apa-apa”, tidak bisa aku sebut satu per satu karena kalian lah yang mewarnai masa study ku, saling support dan mendo’akan satu sama lain untuk melangkah lebih baik dan menyelesaikan tugas kita tepat pada waktunya, terimakasih terkhusus untuk kelas Akselerasi Stitma Tuban sudah menjadi keluarga dalam mencari ilmu.
Kalian semua bukan hanya menjadi teman yang baik,
kalian adalah saudara bagiku!!!

Spesial buat seseorang !!
Buat seseorang yang masih menjadi rahasia illahi, yang selalu memotivasi untuk selalu berusaha menjadi lebih baik, terimakasih atas dukungan dan semangat dalam menyelesaikan studiku strata- 1 ini, terimakasih untuk semuanya yang pernah tercurah untukku. Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah jodohnya kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan.. Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah. Skripsi ini kupersembahkan



Penulis


NurulKhotimah



DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ...............................................................      i
HALAMAN PENGAJUAN..................................................      ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................     iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................     iv
ABSTRAK...........................................................................      v
KATA PENGANTAR..........................................................     vi
DAFTAR ISI........................................................................    viii
DAFTAR TABEL ................................................................    xvi
DAFTAR BAGAN ..............................................................    xvii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.     LatarBelakangMasalah................................................      1
B.     RumusanMasalah........................................................      2
C.     TujuanPenelitian..........................................................      3
D.     Hipotesisi....................................................................      3
E.      KegunaanPenelitian.....................................................      3
F.      RuangLingkupdanKeterbatasanPenelitian...................      4
G.     DefinisiIstilah..............................................................      5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.     KajianPembiasaan.......................................................      8
B.     PerkembanganPerilakuSiswa.......................................     22
C.     UrgensiPembiasaanSikapPembiasaan.........................     27



BAB III METODE PENELITIAN
A.     RancanganPenelitian...................................................     46
B.     PopulasidanSampel.....................................................     47
C.     LokasidanWaktuPenelitian..........................................     49
D.     MetodePengumpulan Data .........................................     50
E.      MetodeAnalisa Data....................................................     51
BAB IV PENYAJIAN DATA PEMBAHASAN
A.  LatarBelakangObjek
1.       SejarahSingkat SMP N 3 Tuban............................     53
2.       LetakGeografisSekolah..........................................     55
3.       StrukturOrganisasi................................................     56
4.       Keadaan Guru ......................................................     57
5.       KeadaanSiswa.......................................................     60
6.       KeadaanSaranaPrasarana......................................     62
7.       KegiatanBelajarMengajar......................................     62
B.   PenyajiandanAnalisis Data
1.     Data danAnalisisPembiasan...................................     64
2.     Data danAnalisisPerilakuSiswa..............................     70
3.     Data KorelasiPembiasandanPerilaku......................     80
BAB V PENUTUP
A.     Kesimpulan.................................................................     89
B.     Saran ..........................................................................     90

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





DAFTAR TABEL
Tabel4.1 Data Guru .............................................................     58
Tabel4.2 Data Siswa.............................................................     60
Tabel4.3SaranadanPrasarana...............................................     62
Tabel4.4 Program Kurikulum...............................................     63
Tabel4.5 Data Pembiasaan...................................................     64
Tabel4.6DaftarDistribusiFrakuensi......................................     69
Tabel4.7DaftarNilai..............................................................     70
Tabel7.8DaftarDistribusiFrakuensiJawaban.........................     74
Tabel4.9DaftarDistribusiFrakuensiPerilaku.........................     80
Tabel4.10KorelasiPembiasandanPerilaku.............................     81















                                                                 

DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 StrukturOrganisasi..............................................     56
Bagan 4.2 SusunanPengurus................................................     57




 BAB  I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dinegara-negara berkembang, termasuk di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak sekali terhadap kehidupan manusia yaitu dari mulai tata cara pergaulan anak-anak, remaja atau para generasi bangsa hingga orang dewasa, selain itu maraknya kenakalan remaja, dekadensi moral, serta kurangnya kesadaran dan pengamalan pada diri generasi bangsa yaitu anak-anak dan remaja terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam didalam kehidupan sehari-hari. Serta banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap perilaku para generasi muda, khususnya bagi kehidupan para remaja awal didalam lingkungan keluarga, di lingkungan sekolahan maupun di dalam lingkungan masyarakat. Disamping itu pengaruh globalisasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta canggihnya informasi dan telekomunikasi yang mengakibatkan dunia itu semakin sempit. Setiap apa saja yang terjadi dibelahan dunia dapat dengan cepat diketahui oleh para remaja meskipun dia hanya diam di dalam rumah. Belum lagi internet yang sangat mudah diakses oleh mereka, jika dalam penggunaannya itu untuk hal yang positif misalnya untuk mengakses ilmu dan informasi terkini yang positif tentu bagus sekali untuk menambah pengetahun mereka, namun sebaliknya mereka itu banyak yang menyalahgunakannya untuk mencari informasi-informasi yang negatif. Selain itu pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu berdampak negatif terhadap generasi muda khususnya bagi para remaja awal diantaranya pergaulan yang bebas, perilaku amoral, tidak berakhlak mulia, tawuran atau perkelahian pada anak sekolah, meminum obat-obatan terlarang dan perbuatan negatif lainnya, yang dapat mengakibatkan berbagai krisis terjadi para generasi muda di dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa hal di atas mendorong penulis untuk meneliti masalah tersebut yang penulis beri judul ”Pengaruh pembiasaan Sikap Keagamaan terhadap Perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ada maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.     Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017?
2.     Bagaimana kualitas perilaku keagmaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017?
3.     Apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagmaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017?

C.     Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
2.     Untuk mengetahui bagaimana kualitas perilaku keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
3.     Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.

D. Hipotesis   

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah dan akan diterima jika fakta-fakta itu membenarkan (Sutrino Hadi,1981:63).
Berdasarkan pengertian di atas, maka sebagai rumusan  hipotesis kerja (ha) mengenai masalah ini adalah : ”Ada pengaruh yang positif pembiasaan keagamaan terhadap anak anak di SMP Negeri 3 Tuban pada Tahun Pelajaran 2016-2017”  

E. Kegunaan Penelitian

1.      Memberikan pengalaman bagi penulis pribadi mengenai bagaimana cara membiasakan nilai keagamaan pada siswa setingkat sekolah menengah pertama ( SMP/ MTs).
2.      Memberikan pemahaman kepada penulis maupun pembaca mengenai bagaimana pembiasaan yang digunakan di SMP Negeri 3 TUBAN yaitu didalam pembiasaan nilai keagamaan pada siswa di SMP Negeri 3 Tuban
3.      Sebagai informasi ilmiah bagi pihak SMP Negeri 3 TUBAN dan juga sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pengelola pendidikan dalam pembiasaan nilai keagamaan pada siswa di SMP Negeri 3 TUBAN Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban
4.      Sebagai masukan dan informasi baru bagi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam STITMA Tuban yang berupa hasil penelitian ilmiah dan guna menambah khazanah perpustakaan serta menjadikan bahan referensi bagi penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ada dua variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu pengaruh pembiasaan sikap keagamaan sebagai variabel pertama dan perilaku siswa sebagai variabel kedua.
  1. Variabel Bebas
Adapun yang menjadi variabel pengaruh adalah pembiasaan keagamaan dengan indikator sebagai berikut :
§  Jenis pembiasaan yang dilakukan siswa SMP Negeri 3 Tuban.
§  Mengetahui kualitas perilaku keagamaan
§  Kontinuitas dalam melaksanakan pembiasaan keagamaan.
§  Mengetahui kualitas perilaku keagamaan
§  Motivasi anak-anak dalam membiasakan sikap keagamaan.
  1. Variabel Terikat
Adapun indikator prestasi belajar pendidikan islam adalah sebagai berikut :
§  Ada perhatian dalam melaksanakan pembiasaan keagamaan.
§  Memperhatikan dengan seksama pelajaran pendidikan agama Islam
§  Nilai belajar pendidikan agama Islam
§  Motivasi anak-anak dalam membiasakan sikap keagamaan.

G. Definisi Istilah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata dalam judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata penjelasan yang menjadi variabel penelitian.
a. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang (Purwadarminta,1995:731).
b.  pembiasaan adalah proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa. (Ensiklopedi umum,:321).
c.  Anak Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Darajat : 1990: 23)
d.  perilaku adalah sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula (Robert Y. Kwick (1972:58)
e.  Siswa adalah Menyebut “murid” maka yang dimaksud ialah manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni kemampuan fitrahnya (Arifin: 2000:102)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah "biasa". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "biasa" adalah 1) Lazim atau umum;2) Seperti  sedia kala; 3)  Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan  sehari-hari.  Dengan   adanya   prefiks   "fe"  dan sufiks "an" menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa” ( Labily,1986:106).
Menurut Aristoteles, keutamaan hidup di dapat bukan pertama-tama melalui pengetahuan (nalar), melainkan melalui habitus, yaitu kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang untuk bertindak. Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak atau memberi makna setiap kali hendak bertindak. (Erlangga, 2011:58)
Kebiasaan adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu (Prayitno:Tesis UIN sunan Ampel Surabaya: 2014:58)
Kebiasaan merupakan hasil dari rangkaian rangsang dan jawaban yang dipelajari oleh anak dan dilakukan secara berkesinambungan (ahli-ahli psikologi belajar)
Jadi latihan pembiasaan merupakan upaya yang intensif untuk menciptakan lingkungan (rangsang) sebagai sumber dari timbulnya tingkah laku, yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu sebagai proses internalisasi dari norma-norma lingkungan agar diperoleh kematangan dan perkembangan kepribadian yang optimal. (John Locke:2000:36)
Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah dengan adanya pembiasaan keagamaan dapat mempengaruhi perilaku siswa menjadi lebih baik.

BAB  II
KAJIAN PUSTAKA

A.          Kajian Tentang Pembiasaan

Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak- anak. Mereka belum menginsafi  apa  yang  disebut  baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang  harus dikerjakan seperti pada orang  dewasa.  Sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan,    kecakapan,    dan    pola     pikir  tertentu. Anak perlu dibiasakan pada  sesuatu  yang baik.  Lalu  mereka  akan  mengubah seluruh  sifat-  sifat   baik   menjadi   kebiasaan,    sehingga    jiwa dapat  menunaikan  kebiasaan   itu   tanpa   terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.
Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan  mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda  sulit  untuk  dirubah dan  tetap  berlangsung  sampai  hari  tua.  Untuk   mengubahnya  seringkali  diperlukan  terapi dan pengendalian diri yang serius.
Sadar akan fenomena, maka perlu ada kontinuitas terhadap pembiasaan tersebut. Adapun untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pembiasaan keagamaan terhadap perilaku siswa, maka akan dicoba diungkap beberapa hal yang berkaitan dengan itu.
1.     Pengertian dan nilai nilai pembiasaan keagamaan.
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah "biasa". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "biasa" adalah 1) Lazim atau umum;2) Seperti  sedia kala; 3)  Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan  sehari-hari.  Dengan   adanya   prefiks   "fe"  dan sufiks "an" menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa (J.B Wahyudi,1986:49).
Menurut Aristoteles, keutamaan hidup di dapat bukan pertama-tama melalui pengetahuan (nalar), melainkan melalui habitus, yaitu kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang untuk bertindak. Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak atau memberi makna setiap kali hendak bertindak (Erlangga, 2011: 58).
Sistem Islam dalam memperbaiki anak kecil adalah bersandar pada dua dasar pokok berikut ini: (Erlangga, 2011: 58)
a.      Pengajaran
b.     Pembiasaan
Maksud pengajaran (Talqin) di sini ialah pendekatan aspek teoritis dalam upaya memperbaiki anak. Sedangkan yang dimaksud pembiasaan adalah segi praktek nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya. Periode anak hendaknya lebih banyak mendapatkan pengajaran dan pembiasaan ketimbang pada usia dan periode lainnya. Suatu kemestian bagi para pendidik, bapak, ibu, dan para guru adalah menekankan pengajaran dan pembiasaan anak sejak dini untuk melakukan kebaikan. (Kholilullah Ahmas, 1992: 60).
Metode latihan atau yang sering disebut dengan nama-nama seperti Metode Latihan Siap, Metode Pembiasaan,  Metode  Coaching,  Metode   Drill merupakan suatu  metode  yang  banyak  dipergunakan  guru  baik  di dalam kelas maupun di luar kelas. (Bandung: PT.  Reaja Rosdakarya, 1992:47)
 Metode latihan adalah suatu kegiatan  melakukan  hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu  ketrampilan,  agar  menjadi bersifat  permanen.  Ciri  yang  khas  daripada  metode   ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang  berkali  dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan     siap      atau      ketrampilan siap  yang  setiap  saat  siap  untuk  dipergunakan  oleh yang bersangkutan.Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam Pendidikan Islam, dapat dikatakan  bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik  berfikir,  bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan  ajaran Islam.( CiputatPress,2002:110)
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didiknya. ”Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi, tt. : 123 )
Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai- nilai moral ke  dalam  jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia  mulai melangkah ke usia remajadan dewasa. (Ciputat Press,2002:110).
Pembelajaran pendidikan agama Islam membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin terserap secara  efektif  dan  efisien oleh anak didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik. (Bandung: Rosda Karya, 1992: 60).
Pengertian metode pembiasaan yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di antaranya:
 Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode pembiasaan adalah cara atau  upaya yang praktis  dalam  pembentukan  (pembinaan)  dan  persiapan  anak.” Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.”Menurut Armai Arief, ”metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.”Dalam buku Metodologi Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. (Kalam Mulia, 2005:103).
Dari beberapa definisi di atas, terlihat adanya kesamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda. Namun pada prinsipnya, mereka sepakat bahwa pembiasaan merupakan salah satu upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu, dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang- ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan  akan  terus terbawa sampai di hari tuanya.(Metodologi pendidikan islam 2005:102)
 Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan yang berupa pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu  respon  menjadi  sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan    demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau keterampilan siap yang setiap saat  siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif  dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam     dalam     dirinya     ini     kemudian    akan terman ifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia  mulai  melangkah    ke usia dewasa. (pengantar ilmu metodologi islam :2001:102)
Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu
Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukulah mereka jika enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R. Abu Daud).
Haditst di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya hukum salat, bilangan rakaatnya dan cara-caranya hendaknya dapat diajarkan kepada anak sedini mungkin, kemudian dibiasakan untuk melaksanakannya dengan berjamaah, sehingga salat itu menjadi akhlaq dan kebiasaan bagi anak. Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal  ada  teori konvergensi, dima`na pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu  tingkah laku (melalui proses).(filsafat pendidikan islam :1999:58)
 Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui kebiasaan  yang  baik. Menurut  Burghardt, sebagaimana dikutip oleh MuhibbinSyah dalam bukunya Psikologi Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.  Dalam  proses  belajar,  pembiasaan  juga   meliputi pengurangan   perilaku   yang  tidak diperlukan. Karena proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. (Metodologi pendidikan islam: 2000:58)
Oleh karena itu, metode pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa  yang disebut  baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa, sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu yang baik Seperti yang telah kita ketahui juga, bahwa pertumbuhan  kecerdasan pada anak-anak usia sekolah dasar belum  memungkinkan untuk berpikir logis dan belum dapat memahami hal-hal yang abstrak. Maka apapun yang dikatakan kepadanya akan diterimanya saja mereka belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya Tuhan dan belum sanggup menentukan mana yang buruk dan mana yang baik. (Seni mendididk anak :2001:110)
Hukum- hukum dan ketentuan-ketentuan agama belum dapat dipahaminya atau dipikirkannya sendiri Dia akan menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan tidak dipahaminya Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik yang diharapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan menjauhi sifat tercela. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil umur si anak, hendaknya semakin banyak latihan dan  pembiasaan  agama  dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur si anak, hendaknya semakin bertambah  pula penjelasan  dan  pengertian  tentang  agama  itu diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannyaIslam menggunakan pembiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan. Islam mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, (Metodologi pengajaran islam:2000:120)
 sehingga  jiwa  dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga   dan     banyak  menemukan   banyak   kesulitan Oleh     karena    itu, pembiasaan  merupakan  salah  satu  penunjang pokok kependidikan,sarana, dan metode paling efektif dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnyaTidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling menjamin untuk mendapatkan hasil. Sedang mendidik dan melatih  setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa membiasakan anak-anak sejak  kecil sangatlah bermanfaat, sedangkan membiasakannya setelah itu tidaklah akan bermanfaat, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila diluruskan, dan tidak bengkok  meskipun sudah menjadi sebatang kayu. (Tarbiyatul-Anlad fil:2000:103)
 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius, seperti ungkapan populer yang menyatakan
 



Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula
Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk. Tindakan praktis mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pembiasaan merupakan upaya praktis, pembentukan (pembinaan), dan persiapan. Oleh karena itu, Islam dengan segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, insting bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik ini akan sulit terlaksana manakala seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk melaksanakannya. (Tarbiyatul-Anlad fil:2000:105)
Pembiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). (Tarbiyatul-Anlad fil:2000:108)
Selain itu, arti tepat dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan di sekolah  adalah untuk  melatih     serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan di kemudian hari Pendidikan agama  melalui kebiasaan dapat dilakukan     dalam berbagai bentuk, diantaranya yaituPembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai dan menyudahi   pelajaran. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan        sepenuh           jiwa     dan      hatinya,           dengan membawa       anak-anak memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural   ke alam supranatural (Muhibbin Syah,:123)
Pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk  melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang    atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang  hendak  dibiasakannya,  oleh karena itu pembiasaan hal-hal yang baik perlu dilakukan sedini mungkin sehingga ketika dewasa nanti hal-hal yang baik telah menjadi kebiasaannyaAnak adalah amanah bagi kedua orang tuanya.  Hatinya  yang  suci  adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara   adalah   dengan   upaya   pendidikan   dan   mengajari akhlak yang baik. (Muhibbin Syah,:123)
 Adapun  sistem  Islam  dalam  memperbaiki  anak  adalah  dengan   cara pengajaran dan pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud  ialah  pendekatan  aspek teoritis dalam upaya memperbaiki. Sedangkan pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan persiapannya
Memahami beberapa rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa.
2.  Landasan menciptakan pembiasaan keagamaan
Pendidikan agama di sekolah, tidak saja di madrasah atau di sekolah yang bernuansa islami tetapi juga di sekolah-sekolah umum sangatlah penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pembiasaan keagamaan melatih anak didik untuk melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu praktek-praktek agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Karena praktek-praktek ibadah itulah yang akan membawa jiwa anak kepada Tuhannya. Semakin sering dilakukan ibadah, semakin tertanam kepercayaan dan semakin dekat pula jiwa sang anak terhadap Tuhannya. .( CiputatPress,2002:110).
Disamping praktek ibadah, anak didik harus dibiasakan mengatur tingkah laku dan sopan santun baik terhadap orang tua yang lebih tua maupun terhadap sesama  teman sebayannya. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi ajaran-ajaran dari Tuhan tidak  diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan mana yang disuruh dan mana yang dilarang oleh Tuhannya.(Laila:Tesis UIN Malang : 46).
3.  Model pembentukan pembiasaan keagamaan
Meningkatkan kualitas dan taraf hidup untuk mewujudkan realisasi diri dan pemenuhan diri ( self realization/Fulfillment) merupakan bagian dari peristiwa budaya. Proses penemuan identitas pribadi, harga diri, martabat dan prakarsa maupun kemampuan diri untuk berdiri sendiri dan penggalakan kreatifitas merupakan unsur terpenting dalam menciptakan tatanan masyarakat yang sustainable. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 1995: 76).
Pendidikan agama menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ini berarti bahwa pendidikan agama bukan hanya sekedar memberi pengetahuan tentang keagamaan, melainkan justru yang lebih utama adalah membiasakan anak taat dan patuh menjalankan ibadat dan berbuat serta bertingkah laku di dalam kehidupannya sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan dalam agama masing-masing.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 1995: 77)
Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya melakukan ritual (beribadah) tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang  berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi didalam hati seseorang. Dalam meningkatkan religiusitas pada diri siswa tentunya diperlukan sebuah tahapan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah Swt. Tahapan-tahapan peningkatan religiusitas anak dibutuhkan keterlibatan keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.Dukungan yang maksimal dari keluarga (orang tua) dan lingkungan masyarakat dalam penerapan nilai-nilai agama sangat menentukan tingkat keberhasilan religiusitas anak dalam kehidupan sehari-hari. Artinya religiusitas tidak hanya diserahkan sepenuhnya pada sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, akan tetapi diperlukan dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat. (PT. Remaja  Rosdyakarya : Bandung, 2005:135
Budaya sekolah ini merupakan seluruh pengalaman  psikologis para peserta didik baik yang bersifat sosial, emosional, maupun intelektual yang diserap oleh mereka selama berada dalam lingkungan  sekolah. Respon psikologis keseharian peserta didik terhadap hal-hal seperti cara-cara guru dan personil sekolah lainnya bersikap dan berprilaku (layanan wali kelas dan tenaga administratif), implementasi kebijakan sekolah, kondisi dan layanan warung sekolah, penataan keindahan, kebersihan, dan kenyamanan  lingkungan sekolah. (PT. Remaja  Rosdyakarya : Bandung, 2005:135)
semuanya membentuk budaya sekolah. Semuanya itu akan merembes pada penghayatan psikologis warga sekolah termasuk peserta didik, yang pada gilirannya membentuk pola nilai, sikap, kebiasaan, dan perilaku. (Tesis UIN Surabaya Tidak diterbitkan.: 56)

B.                 Perkembangan Perilaku siswa

Setelah dikaji tentang pembiasaan keagamaan secara umum, maka penulis akan memberikan gambaran sekilas mengenai pengertian perilaku yang akan dibahas dalam penelitian ini.
1.         Pengertian perilaku  
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. . Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Jakarta: Balai Pustaka. 1976: 78).


2.         Pengertian remaja
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).
Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
3. karakteristik perkembangan pada usia remaja
a. Pertumbuhan Fisik 
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembangpesat.(Psikologi Perkembangan. Jakarta:Rineka Cipta:85)
b. Perkembangan Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuanuntukber-reproduksi. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone.Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.( psikolog:1995:82)
c. cara berpikir kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. (Psikhologi Anak: 1979:78)
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku siswa adalah Satu proses dimana siswa mulai menginjak fase remaja  berubah lebih baik perilakunya dengan andanya pembiasaan keagamaan.

C.     Pembiasaan sikap keagamaan terhadap siswa.

1.     Urgensi pembiasaan sikap keagamaan pada SMP
Pembinaan mental seseorang dimulai sejak ia kecil. Semua pengalaman yang dilalui baik yang disadari atau tidak, ikut mempengaruhi dan menjadi unsur-unsur yang bergabung dalam kepribadian seseorang. Diantara unsur-unsur terpenting tersebut yang akan menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari ialah nilai-nilai yang diambil dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial. Apabila dalam pengalaman waktu kecil itu banyak didapat nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan mempunyai unsur-unsur yang baik. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
 Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang diterimanya itu jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan relatif mudah goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan tidak berubah-ubah sepanjang zaman adalah nilai-nilai agama, sedang nilai-nilai sosial dan moral yang didasarkan pada selain agama akan sering mengalami perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah maka mental (kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang mungkin berubah dan goyah itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa apabila tidak diimbangi dengan nilai keagamaan.
Anselm von Feurbach, seorang ahli hukum terkenal pernah mengatakan: “Agama dalam bentuk apapun dia muncul tetap merupakan kebutuhan ideal umat manusia.” Masa remaja adalah usia transisi dari masa kanak-kanak menuju masa kematangan dewasa. Kematangan dewasa secara psikologis adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai a sense of responsibility serta dalam memiliki filsafat hidup yang mantap. Salah satu materi yang pokok sebagai pengisi filsafat hidup adalah agama ( Luthfiya : Tesis UIN Surabaya : 46).
 Agama bagi remaja memiliki fungsi yang sangat penting yaitu untuk penenang jiwa. Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun) seorang individu sedang mengalami masa kegoncangan jiwa. Dalam periode ini mereka digelisahkan oleh perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang orang tua, Kadang-kadang merasa mulai muncul dorongan seks yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan. Disamping itu mereka sering gelisah karena takut gagal, merasa kurang serasi dalam pertumbuhan dan sebagainya. Segala macam gelombang itu akan menyebabkan mereka menderita dan kebingungan. Dalam keadaan seperti itu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan merupakan penolong yang sangat ampuh untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya. (Luthfiya : Tesis UIN Surabaya : 46).
Diantara faktor-faktor yang menambah besarnya kebutuhan remaja pada agama adalah perasaan berdosa yang sering terjadi pada masa ini. Seperti keadaan tidak berdaya dalam menghadapi dorongan atau hasrat seksuil, konflik dengan orang tua yang dianggap terlalu mencampuri kehidupan pribadinya, keinginan kuat untuk mandiri namun ketika dihadapkan pada kenyataan dan kesulitan hidup yang merupakan konsekuensi logis dari keinginan mandiri tersebut si remaja menjadi goyah dan setumpuk masalah lain termasuk masalah pergaulan sesama remaja serta upaya adaptasinya secara lebih mempribadi dengan lingkungan sekitar. Semua itu baik secara langsung maupun tidak langsung akan me’maksa’ remaja untuk mencari bantuan diluar dirinya berupa suatu kekuatan yang diyakini mampu menolong dirinya manakala ia tidak sanggup lagi bertahan. Untuk itu ia akan memerlukan kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan, sehingga bantuan luar yang diharapkannya tidak menyesatkan dan menggoyahkan pertumbuhan mentalnya. Jika sedari kecil si remaja yang goncang itu tidak pernah menerima didikan agama maka boleh jadi ia akan mencari pegangan dengan datang ke dukun-dukun atau yang lebih bahaya membiarkan dan menjerumuskan dirinya sendiri dalam lingkaran pergaulan yang tidak sehat. Kenakalan-kenakalan remaja yang mengejala belakangan ini merupakan contoh konkret dari fenomena remaja yang kehilangan pegangan hidup.( Luthfiya :Tesis UIN Surabaya : 49).
Akhirnya dapat kita tegaskan bahwa agama dan keyakinan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah kebutuhan jiwa yang pokok, yang dapat memberikan bantuan bagi remaja dalam upaya membebaskan dirinya dari gejolak jiwa yang sedang menghebat dan menolongnya dalam menghadapi dorongan-dorongan seksuil yang baru saja tumbuh. Remaja sebenarnya takut akan siksaan batin dan konflik jiwa yang kurang jelas sebab musababnya itu dan harus adanya kontinuitas dalam membiasakan sikap keagamaan dalam remaja. (Luthfiya :Tesis UIN Surabaya : 46).
Kontinuitas atau Istiqomah berasal dari kata qawama yang  berarti berdiri tegak lurus. Kata istiqomah selalu dipahami sebagai sikap teguh dalam pendirian, konsekuen, tidak condong atau menyeleweng ke kiri atau ke kanan dan tetap berjalan pada garis lurus yang telah diyakini kebenarannya. Karena itu, istiqomah sering diartikan dengan teguh hati, taat asas atau konsisten. Istiqomah adalah tegak dihadapan Allah atau tetap pada jalan yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan, sikap dan niat. Dengan kata lain, istiqomah adalah menempuh jalan shiratal mustaqim dengan tidak menyimpang dari ajaran Allah SWT. Berdiri tegak lurus merupakan simbol bahwa yang bersangkutan memiliki sikap disiplin, serius dan tidak main-main. Oleh karenanya, perintah shalat dalam Al-Qur’an menggunakan kata aqiimuu yang berasal dari kata qoma, karena shalat yang benar adalah shalat yang dilakukan dengan disiplin dan serius secara terus-menerus. (university islam: MSA, 2002: 75)
Dari pengertian tersebut, indikator ke-istiqomahan seseorang terutama akan terlihat ketika menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani suatu perbuatan. Dengan demikian, dapat diilustrasikan bahwa istiqomah ibarat laboratorium ‘uji nyali’, apakah seseorang akan goyah dan tergoda oleh rayuan atau teguh hati dan konsisten dalam memegang prinsip.
Istiqomah adalah konsistensi, ketabahan, kemenangan, keperwiraan dan kejayaan di medan pertarungan antara ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Oleh karena itu mereka yang beristiqomah layak untuk mendapat penghormatan berupa penurunan malaikat kepada mereka dalam kehidupan di dunia untuk membuang perasaan takut dan sedih dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kenikmatan surga.  Firman Allah SWT:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
 بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Q.S. Al-Fussilat:30)
Pembiasaan, yakni melakukan perbuatan secara terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama., sehingga perbuatan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam istilah psikologi proses pembiasaan disebut conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan dan kebisaan, akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi yang terperangai dalam kehidupan sehari-hari. (university islam: MSA, 2002: 75)
Dengan demikian, maka dari kedua pengertian tersebut, yaitu antara istiqomah/ kontinuitas keagamaan dengan pembiasaan keagamaaan dapat diperoleh kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kontinuitas pembiasaan keagmaan adalah melakukan perbuatan secara terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama., sehingga perbuatan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam istilah psikologi proses pembiasaan disebut conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan dan kebisaan, akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi yang terperangai dalam kehidupan sehari-hari.
2.     Wujud Pembiasaan Keagamaan terhadap perilaku siswa  
Wujud pembiasaan keagamaan disekolah, menurut Tafsir ada beberapa strategi yang dapat dilakukanoleh para praktisi pendidikan, di antaranya melalui: (1) memberikan contoh (teladan); (2) membiasakan hal-hal yang baik; (3) menegakkan disiplin; (4) memberikan motivasi dan dorongan; (5) memberikan hadiah terutama secara psikologis; (6) menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan); (7) pembudayaan agama yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak. (Umm Press. 1996: 181)
Muhaimin dalam bukunya Rekonstruksi Pendidikan Islam menjelaskan bahwa: Strategi pengembangan budaya agama di Sekolah meminjam teori Koentjaraningrat (1974) tentang wujud kebudayaan, meniscayakan adanya upaya pengembangan dalam tiga tataran, yaitu tataran nilai yang dianut, tataran praktik keseharian, dan symbol-simbol budaya. (Umm Press. 1996: 182)
– Dalam  tataran nilai yang dianut perlu dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu di kembangkan di Sekolah, untuk selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas bersama diantara semua warga sekolah terhadap nilai-nilai yang disepakati. Seperti hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah ( hubungan vertical ) dan yang horizontal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya, dan hubungan mereka dengan lingkungan dan alam sekitarnya. (Umm Press. 1996: 181)
– Dalam  tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan prilaku keseharian oleh warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, Pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan prilaku ideal yang ingin dicapai pada masa mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan mingguan atau bulanan sebagai tahanan dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh semua warga disekolah dalam melaksanakan nilai-nialai agama yang telah disepakati tersebut. Ketiga, Pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai usaha pembiasaan ( habit formation) yang menjunjung sikap dan prilaku komitmen dan loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang disepakati. (persada, 2006: 133-136)
– Dalam  tataran simbol-simbol budaya, Pengembangan yang perlu dilakukan adalah mengganti symbol-simbol budaya yang kurang sejalan dengan ajaran dan nilai-nilai agama dengan symbol budaya yang agamis. Perubahan symbol dapat dilakukan dengan mengubah model berpakaian dengan prinsip menutup aurat , pemasangan hasil karya peserta didik, foto-foto dan moto yang mengandung pesan-pesan nilai-nilai keagamaan dan lain-lain. (Tesis UIN Surabaya:  2003:  23)
Kepala sekolah dan guru perlu membuat sebuah standar pelaksanaan dan tahapan penerapan budaya religius di sekolah.Sehingga keberhasilan pengembangan budaya religius bisa dievaluasi. Muhaimin memberikan contoh standart dan tahapan yang berkelanjutan dalam pengembangan budaya religius seperti misalnya;  a) dilaksanakan sholat berjamaah dengan tertib dan disiplin di masjid madrasah, b) tidak terlibat dalam perkelahian antar-peserta didik, c) sopan santun berbicara antara peserta didik, peserta didik dengan guru dan tenaga kependidikan, antara guru dengan guru, anatara guru dan tenaga kependidikan dan lainnya, d) cara berpakaian peserta didik dan guru yang islami, e) cara pergaulan peserta didik dan guru sesuai dengan norma islam, terciptanya budaya senyum, salam dan sapa dan lain sebagainya(Tesis UIN Surabaya:  2003:  53 )
Menurut Muhaimin, agar pendidikan agama Islam di sekolah dapat membentuk peserta didik yang memiliki iman, takwa, dan akhlak mulia, maka proses pembelajaran pendidikan agama harus menyentuh tiga aspek secara terpadu. Tiga aspek yang dimaksud adalah: (1) knowing, yakni agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai agama; (2) doing, yakni agar peserta didik dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama; dan (3) being, yakni agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama. Ini tentunya tidak hanya mengandalkan pada proses belajar-mengajar di dalam atau di luar kelas yang hanya dua jam pelajaran untuk jenjang SMA/K per pekannya. Namun dibutuhkan pembinaan perilaku dan mentalitas being religiousmelalui pembudayaan agama dalam komunitas sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat di mana para siswa tinggal dan berinteraksi. (Umm Press. 1996: 185)
Keberagamaan atau religiusitas seseorang diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupannya. Aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),tetapi juga melakukan aktivitas yang didorong olehkekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang
Menurut Nurcholis Madjid, agama bukanlah sekedar tindakan-tindakan ritual seperti shalat dan membaca do’a. Agama lebih dari itu, yaitu keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridla atau perkenan Allah.Agama dengan demikian meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari kemudian. (Madjid, 2010: 93).
3.     Metode Pembiasaan Keagamaan terhadap Siswa
Metode pembiasaan yang sering disebut dengan pengkondisian (conditioning), adalah upaya membentuk perilaku tertentu dengan cara mempraktekkannya secara berualang-ulang.  Menurut Gagne metode ini disebut direct method karena metode ini digunakan secara sengaja dan langsung untuk merubah perilaku. Metode belajar conditioningtergolong dalam pendekatan behaviorisme dan merupakan kelanjutan dari teori belajar koneksionisme. Prinsip belajar yang diusung adalah bahwa belajar merupakan hasil dari hubungan antara stimulus dan respon. Dalam teori belajar koneksionisme atau teori stimulus-respon dijelaskan bahwa belajar adalah modifikasi tingkah laku organisme/individu sebagai hasil kematangan dan pengalaman. Kematangan dan pengalaman merupakan hasil dari proses latihan terus menerus atau pembiasaan. (PINUS Book Publiser, 2007: 4)
Secara praktis metode ini merekomendasikan agar proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktek langsung (direct experience) atau menggunanakan pengalaman pengganti/tak langsung (vicarious experience) Siswa diberikan pengalaman langsung yaitu dengan membiasakan mereka bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di sekolah maupun masyarakat. Praktek langsung membaca Al-Qur’an, bersalaman dengan guru, melaksanakan shalat berjamaah merupakan contoh-contoh pemberian pengalaman langsung. (RASAIL Media Group, 2008: 3)
Pada proses pembiasaan inilah proses belajar terjadi sebab seseorang yang dikondisikan untuk membiasakan diri melakukan perilaku tertentu berarti ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perilaku tersebut. Hal ini sejalan dengan pandangan Skinner bahwa belajar adalah proses adaptasi  atau proses penyesuaian tingkah laku secara progresif (process of progressive behavior adaptation). (Arr Ruzz Media, 2011: 8-9)
Menurut teori conditioning, perubahan perilaku yang merupakan hasil dari proses belajar pembiasaan dapat diperoleh secara optimal apabila diberi penguatan (reinforcer). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat.
Pengembangan budaya religius di sekolah adalah bagian dari pembiasaan penerapan  nilai-nilai agama dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat. Pembiasaan ini memiliki tujuan untuk  menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran disekolah untuk diterapkan dalam perilaku siswa sehari-hari. Banyak hal bentuk pengamalan nilai-nilai religius yang bisa dilakukan di sekolah seperti ; saling mengucapkan salam, pembisaan menjaga hijab antara laki-laki dan perempuan (misal; laki-laki hanya bisa berjabat tangan siswa laki-laki dan guru  laki-laki, begitu juga sebaliknya.), pembisaan berdoa, sholat dhuha, dhuhur secara berjamaah, mewajibkan siswa  dan siswi menutup aurat, hafalan surat-surat pendek dan pilihan dan lain sebagainya. (Arr Ruzz Media, 2011: 8-9)
pembiasaan adalah kegiatan intervensi yang difokuskan kepada pengasuh melalui partisipasi aktif, dengan partisipasi tersebut akan mendukung berlangsungnya kegiatan anak untuk mendapatkan pengalaman hingga melakukannya dengan sendiri.   Sedangkan menurut Rebber, yang di kutip oleh Tohirin dalam buku Psikologi Pembelajaran PAI pembiasaan / operant  adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat.  (Arr Ruzz Media, 2011: 11)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan adalah perilaku yang direncanakan untuk mempengaruhi objek, yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi objek yang dipengaruhi. Hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat dperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. 
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka berumur tujuh tahun. Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:
عَنْ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَمْرِوبْنِ الْعَا صِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِااالصَّلَاةِ وَهُمْ اَبْنَا ءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَا ءُعَشْرِسِنِيْنَ وَفَرِّقُوْابَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعٍ (رواه ابودود)

Artinya:Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, beliau berkata. Rasulullah SAW bersabda, perintahkanlah kepada anak-anakmu sholat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka itu dari tempat tidurnya.
( HR. Abu Dawud ) 
Hadis di atas menggambarkan metode pembelajaran Rasulullah Saw dalam menerapkan metode pembiasaan. Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Sebab dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu hidup seseorang akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu seseorang harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Mendidik anak dengan metode pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
عَنْ عَائِشَةَ قَا لَتْ:قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَاوَإِنْ قَلَّ (رواه مسلم)
Artinya:Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Amal perbuatan  yang sangat disukai Allah Swt adalah amal perbuatan yang dikerjakan secara kontinu (menjadi suatu kebiasaan), sekalipun kadarnya hanya sedikit (HR. Muslim)
Berdasarkan dari metode pembiasaan keagmaan dapat disimpulkan bahwa Metode pembiasaan yang sering disebut dengan pengkondisian (conditioning), adalah upaya membentuk perilaku tertentu dengan cara mempraktekkannya secara berualang-ulang.  Menurut Gagne metode ini disebut direct method.
Pembentukan pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya dibentuk pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tua, kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah, terutama guru yang disayangi. Jika guru agama dapat membuatnya disayangi oleh murid-murid, maka pembinaan sikap positif terhadap agama akan mudah terjadi. Guru agama akan disenangi oleh anak didiknya apabila guru itu dapat memahami perkembangan jiwa dan kebutuhan-kebutuhannya,  lalu melaksanakan pendidikan agama itu dengan cara yang sesuai  dengan  umur  anak itu.( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:98)
Guru agama harus menyadari bahwa anak adalah anak dalam arti keseluruhannya, baik tubuh (jasmani), pikiran, maupun perasaannya. Kesanggupannya untuk mendengar penjelasan guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya terbatas, demikian seterusnya. Maka apa yang cocok untuk  orang dewasa, tidak akan cocok untuk anak-anak. Demikianlah seterusnya dengan agama. Artinya, ajaran agama yang cocok untuk orang dewasa tidak  akan cocok untuk anak-anak. Agar agama mempunyai arti  pada  anak, hendaklah disajikan dengan  cara yang  sesuai  dengan  anak-anak, yaitu dengan cara yang lebih dekat kepada kehidupan sehari hari dan lebih konkret. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:99)
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang, doa, membaca al-Qur`an atau menghafalkan ayat-ayat atau surat- surat pendek, salat berjamaah di sekolah atau masjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga lama- kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Mereka dibiasakan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya  mereka  akan  terdorong untuk melakukannya, tanpa perintah dari luar, tapi dorongan dari dalam melatih kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama hendaknya menyenangkan dan tidak kaku. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:101)
Apabila si anak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama, terutama ibadah (secara konkret seperti salat, puasa membaca al-Qur`an dan berdoa) dan tidak pula dilatih atau dibiasakan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan agama dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak dilatih untuk menghindari larangan-larangan agama, mereka pada waktu dewasa nanti akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti agama, atau sekurang-kurangnya mereka tidak   akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya .(Ibid:53)
Dalam sebuah syair yang berbunyi
Anak-anak remaja kita tumbuh
Sesuai dengan apa yang dibiasakan orang tuanya
Maksud dari syair di atas adalah     bahwa anak         akan     tumbuh dewasa sesuai dengan apa yang dibiasakan waktu kecilnya. Jika diajarkan dan dibiasakan suatu kebaikan, maka kebaikan itu akan menjadi tabiatnya hingga dewasa. Begitu juga pembiasaan agama sangat menentukan  dalam  ibadah, sebab orang yang tidak terbiasa untuk melakukan salat sejak kecil,  maka ia  akan merasa berat untuk melakukannya ketika sudah dewasa. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Dengan demikian,  maka  sesuai  dengan ungkapan yang sudah populer yang menyatakan:
 



“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan menjadi kebiasaannya pula di waktu tua.” (Mahfudzat:5)
Setelah diketahui, bahwa kecenderungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan sangat besar dibandingkan usia lainnya, maka hendaklah para pendidik dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran
anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia memulai realita kehidupan ini.
Adapun Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada para pendidik agar mereka mengajarkan dan membiasakan kepada anak didik  akan  prinsip-  prinsip kebaikan dengan harapan dapat dijadikan pelajaran bagi  anak-anak  didik di antaranya yaitu:
 




. Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukulah mereka jika enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R. Abu Daud).

 





Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: cinta kepada Nabi Kamu, cinta kepada ahli baitnya dan membaca al-Qur`an.” (HR. ad- Dailamy) Itulah sedikit gambaran cara mengajar dan membiasakan kepada anak didik tentang PAI yang pokok dan prinsipnya telah diletakkan oleh Rasulullah saw. Dan ini termasuk dalam kerangka metode umum yang digambarkan oleh Islam dalam membentuk anak dilihat dari segi akidahnya dan  mempersiapkannya dari segi iman. . ( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:98)
Hal penting yang harus diketahui oleh  para  pendidik  dalam  mengajarkan kebaikan kepada anak didik dan membiasakan mereka berbudi luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata yang baik pada kesempatan tertentu dan memberikan hadiah pada kesempatan lain, serta terpaksa memberikan hukuman pada kesempatan tertentu jika dipandang terdapat maslahat untuk anak didik dalam meluruskan kebengkokannya. Semua metode ini bermanfaat dalam upaya membiasakan anak dengan keutamaan- keutamaan jiwa, akhlak, dan etika sosial. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:98)
 Sehingga anak didik menjadi  manusia mulia, berimbang, lurus dan berakhlak luhur sesuai dengan ajaran al-Qur`anDari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam pembentukan pribadi, akhlak, dan agama, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh berkembang. Semakin  banyak  pengalaman  agama  yang    didapat melalui pembiasaan, semakin banyak pula unsur agama dalam pribadinya.




                                                           BAB III                                                          
METODE PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, artinya dalam memproses data peneliti menggunakan hitungan angka-angka statistik. Selain itu peneliti juga menggunakan studi perpustakaan, artinya peneliti menggunakan buku-buku melandasi pendapatnya dan memasukkan pendapat para pakar sebagai acuan dengan demikian peneliti menggunakan metode deskriptif-kualitatif  inilah yang menjelaskan temuanya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1). Metode Diskriptif
Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik variable demi variable (Winarno Surakhmad,1985:133)
2). Metode Korelasional
metode korelasional adalah metode yang di gunakan untuk mencari hubungan diantara variabel-variabel yang di teliti. Dapat berifat positif dan negatif.
Metode korelasional ini bertujuan meneliti sejauh mana variabel dari suatu faktor yang di teliti oleh penulis kepada faktor yang lain. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan dua variabel sehingga bisa dikatakan sebagai korelasi sederhana (Simple Correlation).
3). Metode Statistik
Metode statistik adalah mengolah data peneliti menggunakan cara hitungan dan angka-angka dengan rumus statistic dengan tingkat pengukuranya adalah menggunakan interval.
B. Populasi dan Sampel
1.      Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Noeng Muhadji, 1992:38).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Tuban dengan jumlah populasi yang digunakan adalah berjumlah 684 siswa (jumlah keseluruhan).
2.      Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1987:170). Menurut Suharsimi Arikunto apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik semuanya, selanjutnya jika subyek lebih besar dapat diambil antara10% s/d 15% atau 20% s/d 25% (Arikunto, 1984:107).
Adapun jumlah siswa SMP Negeri 3 Tuban  adalah 684 dengan tabel  sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah keadaan Siswa
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
VIIA
12
17
29
VIIB
17
12
29
VIIC
14
15
29
VIID
17
12
29
VIIE
14
14
28
VIIF
14
14
28
VIIG
12
16
28
VIIH
14
14
28
VIIIA
17
12
29
VIIIB
13
17
30
VIIIC
12
17
29
VIIID
15
14
29
VIIIE
17
13
30
VIIIF
14
15
29
VIIIG
13
17
30
VIIIH
14
15
29
IXA
16
14
30
IXB
14
14
28
IXC
15
14
29
IXD
17
13
30
IXE
13
17
30
IXF
14
14
28
IXG
15
14
29
IXH
17
13
30
TOTAL
323
361
684

Berdasarkan pedoman di atas, peneliti mengambil sampel sebanyak 25 % dari jumlah populasi kelas VII - IX sebanyak 684 dengan menggunakan tehnik porprosive sampling ditentukan seluruh siswa kelas VII, VIII, IX.
Jadi jumlah siswa SMP Negeri 3 Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban yang dijadikan sampel sebanyak 100 siswa baik putra maupun putri

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
            Lokasi yang di pilih peneliti untuki menulis karya ilmiah adalah di sekolah menengah pertama negeri 3 Tuban. Terdapat di Jl. Sunan Kalijaga No. 67 kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Pada tanggal 12, 16, dan 23 Januari 2017.
Peta 3.1 Lokasi Penelitian


D. Metode Pengumpulan Data
1.      Metode Angket
Metode Angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden atau pihak yang diteliti (Hadi,1987:82).
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa pada siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016/2017.
2.      Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode mencari data dengan hal-hal atau variabel yang berupa catatan yang sifatnya tertulis seperti grafik, keadaan siswa, buku, surat kabar dan sebagainya (Hadi,1987:188).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang pembiasaan sikap keagamaan terhadap siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016/2017.
3.      Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,1987:136).
Metode yang penulis gunakan adalah metode observasi tidak langsung yaitu dengan teknik Rating Scale. Rating Scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatan-tingkatannya.(Sutrisno Hadi,981:179). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku ssiswa.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran umum obyek penelitian.
4.      Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara atau bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Hadi,1987:143).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa.

E. Metode Analisa Data                         
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul, digunakan analisa statistik dengan rumus sebagai berikut:
a.       Rumus Prosentase
Keterangan :
P   : Angka prosentasi yang diberi
F   : Frekuensi dari jawaban
N  : Jumlah Responden (Sutrisno Hadi,1982:399)
Rumus ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016/2017.



b.      Rumus Korelasi Product Moment
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016/2017 digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
rxy              : Koefisien korelasi variable x dan variable y
xy             : perkalian antara x dan y
x 2             : Variabel pengaruh
y 2             : Variabel terpengaruh
N              : Jumlah Sampel yang diselidiki
              : Sigma (Jumlah)

 


wanita itu istimewa

tentang sebentuk makhluk yang begitu indah dan mulia. Ia istimewa. Ia berharga. Ialah wanita. Wanita, aku, dirimu, kita, Alhamdulillah terma...