PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03
TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Oleh:
NURUL KHOTIMAH
NIMKO:
2013.4.025.0001.1.003362
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAHMAKHDUM IBRAHIM
(STITMA)
TUBAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI
03 TUBAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan
untuk Memenuhisalah SatuPersyaratan
MemperolehGelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah
Tinggi Ilmu TarbiyahMakhdum Ibrahim Tuban
(STITMA)
Tuban
Tahun
Akademik 2016/2017
Oleh:
NURUL KHOTIMAH
NIMKO:
2013.4.025.0001.1.003362
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAHMAKHDUM IBRAHIM
(STITMA)
TUBAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
Nota : Persetujuan Tuban, 28
Januari 2017
Lampiran : 3 Exemplar Skripsi
Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada,
Yth, Bapak Ketua STITMA
Jl.
Manunggal 10-12 Tuban
Di
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah
diadakan pemeriksaan, penelitian, dan perbaikan seperlunya, maka saya
berpendapat bahwa naskah skripsi saudari :
Nama : NURUL KHOTIMAH
NIMKO : 2013.4.025.0001.1.003362
Tempat : Kampus STITMA Jln. Manunggal 10-12 Tuban
Hari / Tanggal : 28 Januari 2017
Judul : PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA
SMP NEGERI 3 TUBAN TAHUN PELAJARAN 201/2017
Telah
dapat diajukan sebagai syarat menempuh ujian untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Islam Strata 1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA)
Tuban.
Saya mohon agar skripsi ini dapat
diterima dan mendapatkan pengesahan dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum
Ibrahim ( STITMA )Tuban.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Dosen
Pembimbing
DR. H. SUTRISNO RACHMAT S.E., M.Pd., M.M
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Dewan Penguji Skripsi Program Pendidikan Agama Islam S-1 Sekolah Tinggi
Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban telah mengesahkan Skripsi
Saudara (i) :
Nama : NURUL KHOTIMAH
NIMKO : 2013.4.025.0001.1.003362
Tempat : Kampus STITMA Jln. Manunggal 10-12 Tuban
Judul : PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA
SMP NEGERI 3 TUBAN TAHUN PELAJARAN 201/2017
dan memenuhi
sebagai syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam dalam Fakultas
Tarbiyah STITMA Tuban.
PENGUJI
|
NAMA
|
TANDA
TANGAN
|
Pengujian I
|
Drs. ALI FAUZI, M.Pd
|
|
Pengujian II
|
Drs. H. FATHUL AMIN, M.Pd.I
|
Tuban, 12 Februari 2017
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Makhdum Ibrahim Tuban
Ketua,
M. AINUL
YAQIN, S.Ag., M.Pd.I.
ABSTRAK
Khotimah,
Nurul. 2017. Pengaruh Pembiasaan Sikap Keagamaan
Terhadap Perilaku Siswa.(Studi Kasus Pada Lembaga Sekolah Menengah Pertama
Negeri 03 Tuban Tahun pelajaran 2016/2017). Skripsi Program Pendidikan Agama
Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
Pembimbing : Dr. H. Sutrisno Rachmat S.E.,
M.Pd., M.M.
Kata
Kunci : Pengaruh, Pembiasaan, Sikap Keagamaan,
Perilaku.
Masalah
penelitian ini mengungkap tentang pengaruh pembiasaan sikpa keagamaan terhadap
perilaku siswa. Teori teori digunakan sebagai landasan dala pelaksanaan
penelitian ini antara lain teori tentang pembiasaan , sikap keagamaan, dan
perilaku.
Berdasarkan
pada latar belakang masalah (a) Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap
keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017.(b) Bagaimana
kualitas perilaku keagmaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran
2016-2017(c) Apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagmaan terhadap
perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017. Tujuan penelitian
adalah (a) Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran
2016-2017, (b) Untuk mengetahui bagaimana kualitas perilaku keagamaan siswa di
SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017 dan (c) Untuk mengetahui apakah
ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP
Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
Peneliti
ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif melalui teknik
analisis deskriptif korelasional dengan menggunakan statistik parametrik secara
kuantitatif adalah untuk mengolah, Menganalisis dan menginterpretasi data yang
telah dikumpulkan melalui angket
sedangkan secara deskriptif korelasional dimaksudkan untuk menggambarkan
secara sistematis mengenai fakta, sifat dan hubungan antara fenomena yang di
teliti.Teknik sapling yang digunakan adalah teknik sampling sistematis subjek
pelitian adalah 100 orang dari 486 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari empat hipotesis yang diajukan semuanya diterima dan di dukung oleh data
empirik.
Dari
hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan pembiasaan sikap
keagamaan siswa sebesar 87% baik . Kualitas perilaku siswa 85% baik dan hubungan pengaruh pembiasaan sikap
keagamaan 92% .
Berdasarkan
hasil temuan penelitian, di rekomendasikan : (a) semua guru perlu ikut aktif
juga dalam pembiasaan sikap keagamaan bersama siswa (b) guru memberi perhatian
dalam memantau pelaksanaan siswa saat sholat dhuha dan jamaah sholat dhuhur. Selanjutnya bagi
peneliti lain diharapkan adanya peneliti yang sejenis yang menganalisis
berbagai pembiasaan sikap keagamaan selain dari dua faktor tersebut agara di
dapatkan hasil yang yang lebih komprehensif.
ABSTRACT
Khotimah,
Nurul. 2017. The effect of habituation Religious Attitudes Toward Student
Conduct. (Case Study at the Institute Junior High School 03, Tuban The school
year 2016/2017). Thesis Program of Islamic Education College of Tarbiyah
Makhdum Ibrahim (STITMA) Tuban.
Supervisor:
Dr. H. Sutrisno Rachmat S.E., M.Pd., M.M.
Keywords:
Effect, habituation, Religious Attitude, Behavior.
The
problem of this research reveal about religious sikpa habituation effect on
student behavior. The theories used as the basis dala implementation of this
research include the theory of habituation, religious attitudes, and behavior.
Based on
the background of the problem (a) How is the implementation of habituation
religious attitude of students in SMP Negeri 3 Tuban The school year 2016-2017.
(b) How is the quality of students' behavior
keagmaan in SMP Negeri 3 Tuban The school year 2016-2017 (c) Is there a
relationship influences habituation keagmaan stance on student behavior SMP
Negeri 3 Tuban the school year 2016-2017. The purpose of research is (a) To
find out how the implementation of habituation religious attitude of students
in SMP Negeri 3 Tuban in the school year 2016-2017, (b) To find out how the
quality of student religious behavior in SMP Negeri 3 Tuban in the school year
2016-2017 and (c) To any linkage effect of habituation religious attitude
towards the behavior of students of SMP Negeri 3 Tuban in academic year
2016-2017.
Researchers
used survey method with quantitative approach with descriptive analysis
techniques correlational using parametric statistical quantitatively is to process,
analyze and interpret the data that has been collected through questionnaires
while descriptive correlational intended to systematically describe the facts,
the nature and the relationship between phenomena in teliti.Teknik sapling
techniques used are subject pelitian systematic sampling was 100 people from
486 people. The results showed that of the four hypotheses proposed are
accepted and supported by empirical data.
From the
research results can be concluded that the implementation of habituation religious
attitude of students is 87% good. Quality 85% good student behavior and
relationships influence habituation religious attitude 92%.
Based on
the findings, recommended: (a) all of the teachers also need to participate
actively in religious attitude with students habituation (b) teachers'
attention in monitoring the implementation of current students and pilgrims
Duha prayer dhuhur. Furthermore, for other researchers expected that the
researchers who analyzed various habituation similar religious attitude apart
from these two factors agara in get more comprehensive results.
مجردة
نوروالخاتمة,(20132503736). تأثير التعود المواقف
الدينية نحو سلوك الطلاب. (دراسة حالة في معهد مدرسة اعداديه 03، توبان العام
الدراسي. برنامج أطروحة كلية التربية الإسلامية من طربيه مخدوم إبراهيم(STITMA) توبان.
المشرف.سوترسنو
رحمات.، غشاء مخاطي.
مشكلة هذا البحث تكشف عن الديني تأثير التعود
على سلوك الطلاب. نظريات تستخدم في تنفيذ أساس دالا هذا البحث تشمل نظرية التعود،
والمواقف الدينية، والسلوك
وبناء
على خلفية المشكلة (أ) كيف يتم تنفيذ الموقف الديني التعود الطلاب في المدرسة
الثانوية نيجري 3 توبان السنة الدراسية. (ب) كيف هي نوعية سلوك الطلبة في المدرسة
الثانوية نيجري 3 توبان السنة الدراسية
(ج) هل هناك تأثيرات العلاقة التعود موقف على سلوك الطلاب المدرسة الثانوية
نيجري 3 توبان العام الدراسي. والغرض من البحث هو (أ) لمعرفة كيفية تنفيذ موقف
التعود الديني للطلاب في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان في العام الدراسي ، (ب)
لمعرفة كيف نوعية السلوك الديني الطالب في المدرسة الثانوية نيجري 3 توبان في
العام الدراسي .و(ج)
أي تأثير الربط بين الموقف الديني التعود نحو سلوك الطلاب من المدرسة الثانوية
نيجري 3 توبان في العام الدراسي.
واستخدم
الباحثون المنهج المسحي مع النهج الكمي مع تقنيات التحليل الوصفي الارتباطي
باستخدام حدودي الإحصائية الكمية غير لمعالجة وتحليل وتفسير البيانات التي تم
جمعها من خلال الاستبيانات بينما الارتباطي وصفي تهدف لوصف منهجية الحقائق، وطبيعة
والعلاقة بين الظواهر تقنيات شتلة المستخدمة تخضع العينات المنتظمة كان مائة شخص
من وأربعمائة وستة وثمانين شخص. وأظهرت النتائج أن من الفرضيات الأربعة المقترحة مقبولة
وبدعم من البيانات التجريبية.
من
نتائج البحوث يمكن استنتاج أن تنفيذ موقف التعود الديني من الطلاب هو 87٪ جيد.
جودة 85٪ سلوك الطالب الجيد والعلاقات تؤثر الموقف الديني التعود 92٪.
واستنادا
إلى النتائج، أوصت بما يلي: (أ) كل من المعلمين في حاجة أيضا إلى المشاركة بنشاط
في الموقف الديني مع الطلاب التعود (ب) الاهتمام المعلمين في رصد تنفيذ الطلاب
والحجاج الحالي الضحى صلاة ظهور. وعلاوة على ذلك، يتوقع لباحثين آخرين أن الباحثين
حللوا مختلف التعود الموقف الديني مماثل بصرف النظر عن هذين العاملين أغارا في
الحصول على نتائج أكثر شمولا
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis
mengirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
Skripsi
yang berjudul “PENGARUH PEMBIASAAN SIKAP
KEAGAMAAN TERHADAP PERILAKU SISWA SMP NEGERI 03 TUBAN TAHUN PELAJARAN
2016/2017” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana
Pendidikan Agama . Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1.
M. Ainul Yaqin, S.Ag., M.Pd.I selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim (STITMA)
Tuban.
2.
Dr. H.
Sutrisno Rachmat S.E., M.Pd., M.M Selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberikan
masukan dan motivasi kepada penulis
3.
SegenapDosenAlmDrs.
KH. Abd. Rahman Ghany, M.Pd.I yang selalu menjadi inspirasi penulis, kepada DPL
KKN Drs. Ali Fauzi, M.Pd, KH. Mashad Ustman, SH, MPd.I, Drs. K. Ainul Yaqin ,
M.Pd.I, Drs.
KH. Admad Munzdir, M.Si, Drs. H. Kasduri, M.Pd.I, Drs. KH. Muhdhir, M.Pd.I, Drs.
Mirojul Huda, M.Pd.I, Drs. Muhlasin, MPd.I, Drs,. Darwan Setyono, M.PdM.
Syafudin YuliantoS.Ag. M.Pd.I,Misbahul Munir, S.Pd, M.PdI.Shofiyan Yunus, S.Pd.
M.Pd. Drs. Imam Supriadi, M.H.I.Drs. Fathul Amin, M.Pd.I, Ahmad Zaini, S.Ag.
M.Si, M. Thoifur, S.Ag, M.PdI, Jamal Ghofir, S.Sos, MA, M. Zaqin, S.Pd, M.Pd,
Syafi’I, S.PdI, M.Pd, Siswoyo, S.Pd, MM.
4.
Witono, M.Pd selaku
Kepala Sekolah SMP Negeri 03 Tuban yang telah member ijin melakukan penelitian.
5.
Hj. Annisa’i
choiriyah, M.Pd selaku guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Tuban yang
mendampingi penulis saat melakukan penelitian.
6.
NyHj. Basyirohzawawi yang menjadi motivator
penulisuntukterusmenuntutilmu, ZainalMakarimAzach. SitiAniqoh, S.Ag,
UstM.Nursalim, Saeno, S.PdI, BudhiSutomo, SH, Suryadi, S.Ag, HariWibowo, S.Pd,
AinurRo’fah, SPd, M. Hisyam, S.Pd SS, Ma’shummah, UmmiZaidah, S.Pd,
NisfulllailatusSa’adah, S.Pd,LaeliMahfudhotin, S.Pd, Suwito, S.PdI, Sulaiman,
S.PdI, SitiMusrifah, S.Pd, DestarisEkanurkumala, S.Sos, M. Hasyim, S.PdI, M.
Mas’ud As sa’dhili, S.Pd, Ekaminhatulmaula, S.Pd, Siti Andayani,
FiyyaKasrotulHasanah dan seluruh keluarga besar yayasan AL HidayahJenu yang
selalumendorongdanmemberikankebebasanwaktukepadapenulisuntukmenyelesaikantugasakhirdalamstudi
strata satutepatpadawaktunya.
7.
Kepada
orangtuaku ayahanda Tumidi dan Ibunda Utami yang sangat saya cintai dan hormati
yang tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga
sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.
8.
Adikku
tercinta, M. Nadhifan Irkham atas keceriaan, masukan, dan dukungan yang telah
diberikan
9.
Kepada
sahabat-sahabatku kelas C Akselerasi Angkatan 2013 .terima kasih atas kasih
sayang dan dukungan yang diberikan hingga saat ini.
10.
Teman-teman
satu pembimbing akademik terima kasih atas semangat dan kerja samanya.
11.
Serta seluruh
pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan mereka dengan
setimpal. Amin.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf bila ada
kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran kami hargai demi
penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak
yang membutuhkan.
HALAMAN
PERSEMBAHAN
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha mulia
Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan ? (QS: Ar-Rahman13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat)
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)
Ya Allah,
Waktu yang sudah
kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan
bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi
warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,
Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuanganku
Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud
syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha
Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang
senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan
ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih
cita-cita besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih,
menadahkan doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu.
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta,
yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan,
nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku
selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Bapak,.. Ibu...terimalah bukti kecil
ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam
hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal
lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Bapak,,,
Ibu,, masih saja ananda menyusahkanmu..
Dalam silah di lima waktu mulai
fajar terbit hingga terbenam.. seraya tanganku menadah”.. ya Allah ya Rahman ya
Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu yang
setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya
Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah
mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Bapak (Tumidi),,,Ibu (Utami)...Terimakasih...
we always loving you
Dalam setiap langkahku
aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski
belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu
kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan
terimakasihku.
Untuk
Adikku tersayang M. Nadhifan Irkham, 12 tahun terpaut selisih usia kita, namun
masih saling bertengkar, ribut dan berebut, canda tawa mu menjadi pelengkap
kebahagiaan, maaf masih belum bisa menjadi panutan terbaik untukmu, terimakasih
sudah menjadi salah satu alasan untuk saya terus berusaha menjadi kakak yang baik dan tauladan untukmu.
kita berdualah harapan orang tua.
... i love you all” :* ...
"Hidupku terlalu berat untuk
mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain.
"Tak ada tempat terbaik untuk
berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”
Terimakasih kuucapkan
Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan Stitma Tuban
“Tanpamu teman aku tak pernah
berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang takkan jadi apa-apa”, tidak
bisa aku sebut satu per satu karena kalian lah yang mewarnai masa study ku,
saling support dan mendo’akan satu sama lain untuk melangkah lebih baik dan
menyelesaikan tugas kita tepat pada waktunya, terimakasih terkhusus untuk kelas
Akselerasi Stitma Tuban sudah menjadi keluarga dalam mencari ilmu.
Kalian semua bukan hanya menjadi teman yang baik,
kalian adalah saudara bagiku!!!
Spesial buat seseorang
!!
Buat seseorang yang
masih menjadi rahasia illahi, yang selalu memotivasi untuk selalu berusaha
menjadi lebih baik, terimakasih atas dukungan dan semangat dalam menyelesaikan
studiku strata- 1 ini, terimakasih untuk semuanya yang pernah tercurah untukku.
Untuk seseorang di relung hati percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang
selalu kusebut-sebut dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini
terwujud, insyallah jodohnya kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk
jutaan impian yang akan dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh
lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan.
Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal
Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya
sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan
kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan.. Atas segala
kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan
hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah. Skripsi
ini kupersembahkan
Penulis
NurulKhotimah
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ............................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................... iv
ABSTRAK........................................................................... v
KATA PENGANTAR.......................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................ xvi
DAFTAR BAGAN .............................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LatarBelakangMasalah................................................ 1
B.
RumusanMasalah........................................................ 2
C.
TujuanPenelitian.......................................................... 3
D.
Hipotesisi.................................................................... 3
E.
KegunaanPenelitian..................................................... 3
F.
RuangLingkupdanKeterbatasanPenelitian................... 4
G.
DefinisiIstilah.............................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
KajianPembiasaan....................................................... 8
B.
PerkembanganPerilakuSiswa....................................... 22
C.
UrgensiPembiasaanSikapPembiasaan......................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A.
RancanganPenelitian................................................... 46
B.
PopulasidanSampel..................................................... 47
C.
LokasidanWaktuPenelitian.......................................... 49
D.
MetodePengumpulan Data ......................................... 50
E.
MetodeAnalisa Data.................................................... 51
BAB IV PENYAJIAN DATA
PEMBAHASAN
A. LatarBelakangObjek
1.
SejarahSingkat SMP N 3 Tuban............................ 53
2.
LetakGeografisSekolah.......................................... 55
3.
StrukturOrganisasi................................................ 56
4.
Keadaan Guru ...................................................... 57
5.
KeadaanSiswa....................................................... 60
6.
KeadaanSaranaPrasarana...................................... 62
7.
KegiatanBelajarMengajar...................................... 62
B.
PenyajiandanAnalisis Data
1.
Data danAnalisisPembiasan................................... 64
2.
Data danAnalisisPerilakuSiswa.............................. 70
3.
Data KorelasiPembiasandanPerilaku...................... 80
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................. 89
B.
Saran .......................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel4.1 Data Guru ............................................................. 58
Tabel4.2 Data Siswa............................................................. 60
Tabel4.3SaranadanPrasarana............................................... 62
Tabel4.4 Program Kurikulum............................................... 63
Tabel4.5 Data Pembiasaan................................................... 64
Tabel4.6DaftarDistribusiFrakuensi...................................... 69
Tabel4.7DaftarNilai.............................................................. 70
Tabel7.8DaftarDistribusiFrakuensiJawaban......................... 74
Tabel4.9DaftarDistribusiFrakuensiPerilaku......................... 80
Tabel4.10KorelasiPembiasandanPerilaku............................. 81
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 StrukturOrganisasi.............................................. 56
Bagan 4.2 SusunanPengurus................................................ 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat pesat dinegara-negara berkembang, termasuk di Negara
Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Dengan majunya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak sekali terhadap kehidupan
manusia yaitu dari mulai tata cara pergaulan anak-anak, remaja atau para
generasi bangsa hingga orang dewasa, selain itu maraknya kenakalan remaja,
dekadensi moral, serta kurangnya kesadaran dan pengamalan pada diri generasi
bangsa yaitu anak-anak dan remaja terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam
didalam kehidupan sehari-hari. Serta banyaknya faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap perilaku
para generasi muda, khususnya bagi kehidupan para remaja awal didalam
lingkungan keluarga, di lingkungan sekolahan maupun di dalam lingkungan
masyarakat. Disamping itu pengaruh globalisasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta canggihnya informasi dan telekomunikasi yang mengakibatkan
dunia itu semakin sempit. Setiap apa saja yang terjadi dibelahan dunia dapat
dengan cepat diketahui oleh para remaja meskipun dia hanya diam di dalam rumah.
Belum lagi internet yang sangat mudah diakses oleh mereka, jika dalam
penggunaannya itu untuk hal yang positif misalnya untuk mengakses ilmu dan
informasi terkini yang positif tentu bagus sekali untuk menambah pengetahun
mereka, namun sebaliknya mereka itu banyak yang menyalahgunakannya untuk
mencari informasi-informasi yang negatif. Selain itu pengaruh dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu berdampak negatif terhadap generasi muda
khususnya bagi para remaja awal diantaranya pergaulan yang bebas, perilaku
amoral, tidak berakhlak mulia, tawuran atau perkelahian pada anak sekolah,
meminum obat-obatan terlarang dan perbuatan negatif lainnya, yang dapat
mengakibatkan berbagai krisis terjadi para generasi muda di dalam kehidupan
sehari-hari.
Beberapa hal di atas mendorong
penulis untuk meneliti masalah tersebut yang penulis beri judul ”Pengaruh
pembiasaan Sikap Keagamaan terhadap Perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun
Pelajaran 2016-2017.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang ada maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pembiasaan sikap
keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017?
2. Bagaimana kualitas perilaku keagmaan siswa
di SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran 2016-2017?
3. Apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan
sikap keagmaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun pelajaran
2016-2017?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai
konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan
pembiasaan sikap keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran
2016-2017.
2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas
perilaku keagamaan siswa di SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh pembiasaan sikap
keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran 2016-2017.
D. Hipotesis
Hipotesis
adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah dan akan diterima
jika fakta-fakta itu membenarkan (Sutrino Hadi,1981:63).
Berdasarkan pengertian di atas,
maka sebagai rumusan hipotesis kerja
(ha) mengenai masalah ini adalah : ”Ada pengaruh yang positif pembiasaan
keagamaan terhadap anak anak di SMP Negeri 3 Tuban pada Tahun Pelajaran
2016-2017”
E. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan
pengalaman bagi penulis pribadi mengenai bagaimana cara membiasakan nilai
keagamaan pada siswa setingkat sekolah menengah pertama ( SMP/ MTs).
2. Memberikan
pemahaman kepada penulis maupun pembaca mengenai bagaimana pembiasaan yang
digunakan di SMP Negeri 3 TUBAN yaitu didalam pembiasaan nilai keagamaan pada
siswa di SMP Negeri 3 Tuban
3. Sebagai
informasi ilmiah bagi pihak SMP Negeri 3 TUBAN dan juga sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi pengelola pendidikan dalam pembiasaan nilai
keagamaan pada siswa di SMP Negeri 3 TUBAN Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban
4. Sebagai
masukan dan informasi baru bagi Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama
Islam STITMA Tuban yang berupa hasil penelitian ilmiah dan guna menambah
khazanah perpustakaan serta menjadikan bahan referensi bagi penelitian-penelitian
ilmiah selanjutnya.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ada
dua variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu pengaruh pembiasaan sikap
keagamaan sebagai variabel pertama dan perilaku siswa sebagai variabel kedua.
- Variabel Bebas
Adapun
yang menjadi variabel pengaruh adalah pembiasaan
keagamaan dengan indikator sebagai berikut :
§ Jenis
pembiasaan yang dilakukan siswa SMP Negeri 3 Tuban.
§ Mengetahui
kualitas perilaku keagamaan
§ Kontinuitas
dalam melaksanakan pembiasaan keagamaan.
§ Mengetahui
kualitas perilaku keagamaan
§ Motivasi
anak-anak dalam membiasakan sikap keagamaan.
- Variabel Terikat
Adapun
indikator prestasi belajar pendidikan islam adalah sebagai berikut :
§ Ada
perhatian dalam melaksanakan pembiasaan keagamaan.
§ Memperhatikan
dengan seksama pelajaran pendidikan agama Islam
§ Nilai
belajar pendidikan agama Islam
§ Motivasi
anak-anak dalam membiasakan sikap keagamaan.
G. Definisi Istilah
Untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama
penulis dalam penggunaan kata dalam judul penelitian ini, perlu penjelasan
beberapa istilah pokok maupun kata-kata penjelasan yang menjadi variabel
penelitian.
a.
Pengaruh adalah daya yang ada atau yang
timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut membentuk watak kepercayaan atau
perbuatan seseorang (Purwadarminta,1995:731).
b. pembiasaan adalah proses membuat sesuatu /
seseorang menjadi terbiasa. (Ensiklopedi umum,:321).
c. Anak Remaja adalah masa peralihan
diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang (Darajat : 1990:
23)
d. perilaku adalah sebagai suatu aksi dan
reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru
akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang
disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan
menghasilkan perilaku tertentu pula (Robert Y. Kwick (1972:58)
e. Siswa adalah Menyebut “murid” maka yang
dimaksud ialah manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam proses
perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal yakni
kemampuan fitrahnya (Arifin: 2000:102)
Secara etimologi, pembiasaan
asal katanya adalah "biasa". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
"biasa" adalah 1) Lazim atau umum;2) Seperti sedia kala; 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya prefiks
"fe" dan sufiks
"an" menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan
dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa” ( Labily,1986:106).
Menurut Aristoteles, keutamaan
hidup di dapat bukan pertama-tama melalui pengetahuan (nalar), melainkan
melalui habitus, yaitu kebiasaan
melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu menciptakan struktur hidup sehingga
memudahkan seseorang untuk bertindak. Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak atau
memberi makna setiap kali hendak bertindak. (Erlangga,
2011:58)
Kebiasaan
adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu dalam
menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu
(Prayitno:Tesis UIN sunan Ampel Surabaya: 2014:58)
Kebiasaan
merupakan hasil dari rangkaian rangsang dan jawaban yang dipelajari oleh anak
dan dilakukan secara berkesinambungan (ahli-ahli psikologi belajar)
Jadi latihan pembiasaan merupakan upaya yang intensif untuk menciptakan lingkungan (rangsang) sebagai sumber dari timbulnya tingkah laku, yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu sebagai proses internalisasi dari norma-norma lingkungan agar diperoleh kematangan dan perkembangan kepribadian yang optimal. (John Locke:2000:36)
Jadi latihan pembiasaan merupakan upaya yang intensif untuk menciptakan lingkungan (rangsang) sebagai sumber dari timbulnya tingkah laku, yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu sebagai proses internalisasi dari norma-norma lingkungan agar diperoleh kematangan dan perkembangan kepribadian yang optimal. (John Locke:2000:36)
Jadi yang dimaksud dengan judul
di atas adalah dengan adanya pembiasaan keagamaan dapat mempengaruhi perilaku
siswa menjadi lebih baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pembiasaan
Pembiasaan merupakan
salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak- anak.
Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga
belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang
harus dikerjakan seperti pada orang
dewasa. Sehingga mereka perlu
dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, dan pola
pikir tertentu. Anak perlu dibiasakan
pada sesuatu yang baik.
Lalu mereka akan mengubah seluruh sifat-
sifat baik menjadi
kebiasaan, sehingga jiwa dapat
menunaikan kebiasaan itu
tanpa terlalu payah, tanpa
kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.
Seseorang yang telah
mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan, segala sesuatu
yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda
sulit untuk dirubah dan
tetap berlangsung sampai
hari tua. Untuk
mengubahnya seringkali diperlukan
terapi dan pengendalian diri yang serius.
Sadar akan fenomena,
maka perlu ada kontinuitas terhadap pembiasaan tersebut. Adapun untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pembiasaan keagamaan terhadap perilaku siswa,
maka akan dicoba diungkap beberapa hal yang berkaitan dengan itu.
1. Pengertian dan nilai nilai pembiasaan
keagamaan.
Secara etimologi,
pembiasaan asal katanya adalah "biasa". Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, "biasa" adalah 1) Lazim atau umum;2) Seperti sedia kala; 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya prefiks
"fe" dan sufiks
"an" menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan
dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa (J.B Wahyudi,1986:49).
Menurut Aristoteles, keutamaan
hidup di dapat bukan pertama-tama melalui pengetahuan (nalar), melainkan
melalui habitus, yaitu kebiasaan melakukan yang baik. Karena kebiasaan itu
menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang untuk bertindak.
Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak atau
memberi makna setiap kali hendak bertindak (Erlangga, 2011: 58).
Sistem Islam dalam
memperbaiki anak kecil adalah bersandar pada dua dasar pokok berikut ini: (Erlangga, 2011: 58)
a.
Pengajaran
b.
Pembiasaan
Maksud pengajaran (Talqin)
di sini ialah pendekatan aspek teoritis dalam upaya memperbaiki anak. Sedangkan
yang dimaksud pembiasaan adalah segi praktek nyata dalam proses pembentukan dan
persiapannya. Periode anak hendaknya lebih banyak mendapatkan pengajaran dan
pembiasaan ketimbang pada usia dan periode lainnya. Suatu kemestian bagi para
pendidik, bapak, ibu, dan para guru adalah menekankan pengajaran dan pembiasaan
anak sejak dini untuk melakukan kebaikan. (Kholilullah Ahmas, 1992: 60).
Metode latihan atau yang
sering disebut dengan nama-nama seperti Metode Latihan Siap, Metode
Pembiasaan, Metode Coaching,
Metode Drill merupakan suatu metode
yang banyak dipergunakan
guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. (Bandung: PT. Reaja Rosdakarya, 1992:47)
Metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan
hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk
memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan,
agar menjadi bersifat permanen.
Ciri yang khas
daripada metode ini adalah
kegiatan yang berupa pengulangan yang
berkali dari suatu hal yang sama.
Pengulangan ini sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus
dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah
dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap
atau ketrampilan siap yang
setiap saat siap untuk dipergunakan
oleh yang bersangkutan.Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam Pendidikan
Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan
adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran Islam.( CiputatPress,2002:110)
Pembiasaan adalah upaya
praktis dalam pendidikan dan pembinaan anak. Hasil dari pembiasaan yang
dilakukan seorang pendidik adalah terciptanya suatu kebiasaan bagi anak
didiknya. ”Kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya
otomatis, tanpa direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir
lagi” ( Edi Suardi, tt. : 123 )
Oleh karena itu, sebagai
awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif
dalam menanamkan nilai- nilai moral ke
dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang
tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya
semenjak ia mulai melangkah ke usia remajadan
dewasa. (Ciputat Press,2002:110).
Pembelajaran pendidikan
agama Islam membutuhkan metode dalam upaya pencapaian tujuan yang
dicita-citakan, karena tanpa metode suatu materi pendidikan tidak mungkin
terserap secara efektif dan
efisien oleh anak didik. Oleh karena itu metode merupakan syarat agar
aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik. (Bandung: Rosda Karya, 1992: 60).
Pengertian metode
pembiasaan yaitu sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, di
antaranya:
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, “metode
pembiasaan adalah cara atau upaya yang
praktis dalam pembentukan
(pembinaan) dan persiapan
anak.” Menurut Ramayulis, “metode pembiasaan adalah cara untuk
menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.”Menurut
Armai Arief, ”metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak didik berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama Islam.”Dalam buku Metodologi
Pengajaran Agama dikatakan bahwa “metode pembiasaan adalah cara yang
dilakukan dalam pembentukan akhlak dan rohani yang memerlukan latihan
yang kontinyu setiap
hari. (Kalam
Mulia, 2005:103).
Dari beberapa definisi di
atas, terlihat adanya kesamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda.
Namun pada prinsipnya, mereka sepakat bahwa pembiasaan merupakan salah satu
upaya pendidikan yang baik dalam pembentukan manusia dewasa. Oleh karena itu,
dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud metode pembiasaan adalah
sebuah cara yang dipakai pendidik untuk membiasakan anak didik secara berulang-
ulang sehingga menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dan akan
terus terbawa sampai di hari tuanya.(Metodologi pendidikan islam
2005:102)
Ciri khas metode pembiasaan adalah kegiatan
yang berupa pengulangan berkali-kali dari suatu hal yang sama. Pengulangan ini
sengaja dilakukan berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan
suatu respon menjadi
sangat kuat. Atau dengan kata lain, tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, terbentuklah pengetahuan siap atau
keterampilan siap yang setiap saat siap
untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebagai awal dalam
proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam
jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam
dalam dirinya ini
kemudian akan terman ifestasikan
dalam kehidupannya semenjak ia
mulai melangkah ke usia dewasa. (pengantar ilmu metodologi
islam :2001:102)
Pentingnya penanaman pembiasaan ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw.
yang diriwayatkan oleh Abu Daud, yaitu 

“Suruhlah anak-anak
kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 tahun, dan pukulah mereka jika
enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R. Abu Daud).
Haditst di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya hukum salat, bilangan
rakaatnya dan cara-caranya hendaknya dapat diajarkan kepada anak sedini
mungkin, kemudian dibiasakan untuk melaksanakannya dengan berjamaah, sehingga
salat itu menjadi akhlaq dan kebiasaan bagi anak. Dalam teori
perkembangan anak didik, dikenal
ada teori konvergensi, dima`na
pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dengan mengembangkan potensi dasar
yang ada padanya. Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses).(filsafat
pendidikan islam :1999:58)
Oleh karena itu, potensi dasar harus selalu
diarahkan agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi dasar tersebut adalah melalui
kebiasaan yang baik. Menurut
Burghardt, sebagaimana dikutip oleh MuhibbinSyah dalam bukunya Psikologi
Pendidikan, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respon
dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam
proses belajar, pembiasaan
juga meliputi pengurangan perilaku
yang tidak diperlukan. Karena
proses penyusutan atau pengurangan inilah muncul suatu pola bertingkah laku
baru yang relatif menetap dan otomatis. (Metodologi pendidikan islam: 2000:58)
Oleh karena itu, metode
pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke
dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama
bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa
yang disebut baik dan buruk dalam
arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus
dikerjakan seperti pada orang dewasa, sehingga mereka perlu dibiasakan dengan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu yang baik Seperti
yang telah kita ketahui juga, bahwa pertumbuhan
kecerdasan pada anak-anak usia sekolah dasar belum memungkinkan untuk berpikir logis dan belum
dapat memahami hal-hal yang abstrak. Maka apapun yang dikatakan kepadanya akan
diterimanya saja mereka belum dapat menjelaskan mengapa ia harus percaya Tuhan
dan belum sanggup menentukan mana yang buruk dan mana yang baik. (Seni
mendididk anak :2001:110)
Hukum- hukum dan
ketentuan-ketentuan agama belum dapat dipahaminya atau dipikirkannya sendiri
Dia akan menerima apa saja yang dijelaskan kepadanya. Sesuatu yang menunjukkan
nilai-nilai agama dan moral bagi si anak masih kabur dan tidak dipahaminya Untuk
membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji tidaklah mungkin dengan
penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan
yang baik yang diharapkan nanti mereka akan mempunyai sifat-sifat baik dan
menjauhi sifat tercela. Demikian pula dengan pendidikan agama, semakin kecil
umur si anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan
agama dilakukan pada anak. Dan
semakin bertambah umur si anak, hendaknya semakin bertambah pula penjelasan dan
pengertian tentang agama
itu diberikan sesuai dengan perkembangan kecerdasannyaIslam menggunakan
pembiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan. Islam mengubah seluruh
sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, (Metodologi pengajaran islam:2000:120)
sehingga
jiwa dapat menunaikan kebiasaan
itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga dan
banyak menemukan banyak
kesulitan Oleh karena itu, pembiasaan merupakan
salah satu penunjang pokok kependidikan,sarana, dan
metode paling efektif dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan
moralnyaTidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil paling
menjamin untuk mendapatkan hasil. Sedang mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai
kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa membiasakan anak-anak sejak kecil sangatlah bermanfaat, sedangkan membiasakannya setelah itu
tidaklah akan bermanfaat, seperti halnya sebatang dahan, ia akan lurus bila
diluruskan, dan tidak bengkok meskipun
sudah menjadi sebatang kayu. (Tarbiyatul-Anlad fil:2000:103)
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mempunyai
kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati.
Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk
diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Untuk mengubahnya, sering kali
diperlukan terapi dan pengendalian diri yang serius, seperti ungkapan populer
yang menyatakan
![]() |
Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan
menjadi kebiasaannya pula
Atas dasar inilah, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar
anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan
baik sebelum terlanjur mempunyai kebiasaan lain yang buruk. Tindakan praktis
mempunyai kedudukan penting dalam Islam, dan pembiasaan merupakan upaya
praktis, pembentukan (pembinaan), dan persiapan. Oleh karena itu, Islam dengan
segala penjelasan menuntut manusia untuk mengarahkan tingkah laku, insting
bahkan hidupnya untuk merealisasikan hukum-hukum Ilahi secara praktis. Praktik
ini akan sulit terlaksana manakala seseorang tidak terlatih dan terbiasa untuk
melaksanakannya.
(Tarbiyatul-Anlad fil:2000:105)
Pembiasaan adalah proses
pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada. Pembiasaan selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam
arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). (Tarbiyatul-Anlad fil:2000:108)
Selain itu, arti tepat
dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural Dari
penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan diadakannya metode
pembiasaan di sekolah adalah untuk melatih
serta membiasakan anak didik secara konsisten dan kontinyu dengan sebuah
tujuan, sehingga benar-benar tertanam pada diri anak dan akhirnya menjadi kebiasaan
yang sulit ditinggalkan di kemudian hari Pendidikan agama melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya
yaituPembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik
di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian
bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya. Pembiasaan dalam
ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam
sewaktu masuk kelas, serta membaca “basmalah” dan “hamdalah” tatkala memulai
dan menyudahi pelajaran. Pembiasaan
dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam
merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam
natural ke alam supranatural (Muhibbin Syah,:123)
Pembentukan
kebiasaan-kebiasaan tersebut terbentuk
melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai
dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan
waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis
sesuatu yang hendak dibiasakannya, oleh karena itu pembiasaan hal-hal yang baik
perlu dilakukan sedini mungkin sehingga ketika dewasa nanti hal-hal yang baik
telah menjadi kebiasaannyaAnak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya
yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya.
Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia
akan celaka dan binasa. Sedangkan memelihara
adalah dengan upaya
pendidikan dan mengajari akhlak yang baik. (Muhibbin Syah,:123)
Adapun
sistem Islam dalam
memperbaiki anak adalah
dengan cara pengajaran dan
pembiasaan. Pengajaran yang dimaksud
ialah pendekatan aspek teoritis dalam upaya memperbaiki.
Sedangkan pembiasaan ialah segi praktik nyata dalam proses pembentukan dan
persiapannya
Memahami beberapa rumusan
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan proses
membuat sesuatu / seseorang menjadi terbiasa.
2. Landasan menciptakan pembiasaan keagamaan
Pendidikan agama di
sekolah, tidak saja di madrasah atau di sekolah yang bernuansa islami tetapi
juga di sekolah-sekolah umum sangatlah penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pembiasaan keagamaan
melatih anak didik untuk melakukan ibadah yang diajarkan dalam agama, yaitu
praktek-praktek agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Karena
praktek-praktek ibadah itulah yang akan membawa jiwa anak kepada Tuhannya.
Semakin sering dilakukan ibadah, semakin tertanam kepercayaan dan semakin dekat
pula jiwa sang anak terhadap Tuhannya. .( CiputatPress,2002:110).
Disamping praktek ibadah,
anak didik harus dibiasakan mengatur tingkah laku dan sopan santun baik
terhadap orang tua yang lebih tua maupun terhadap sesama teman
sebayannya. Kepercayaan kepada Tuhan tidak akan sempurna bila isi ajaran-ajaran
dari Tuhan tidak diketahui betul-betul. Anak didik harus ditunjukkan mana
yang disuruh dan mana yang dilarang oleh Tuhannya.(Laila:Tesis UIN Malang :
46).
3. Model pembentukan pembiasaan keagamaan
Meningkatkan kualitas dan taraf hidup untuk mewujudkan
realisasi diri dan pemenuhan diri ( self realization/Fulfillment) merupakan
bagian dari peristiwa budaya. Proses penemuan identitas pribadi, harga diri,
martabat dan prakarsa maupun kemampuan diri untuk berdiri sendiri dan
penggalakan kreatifitas merupakan unsur terpenting dalam menciptakan tatanan
masyarakat yang sustainable. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. II, 1995: 76).
Pendidikan agama menyangkut tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Ini berarti bahwa pendidikan agama bukan
hanya sekedar memberi pengetahuan tentang keagamaan, melainkan justru yang
lebih utama adalah membiasakan anak taat dan patuh menjalankan ibadat dan
berbuat serta bertingkah laku di dalam kehidupannya sesuai dengan norma-norma
yang telah ditetapkan dalam agama masing-masing.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cet. II, 1995: 77)
Keberagamaan atau religiusitas dapat diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya melakukan ritual (beribadah)
tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan
dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
didalam hati seseorang. Dalam meningkatkan religiusitas pada diri siswa
tentunya diperlukan sebuah tahapan dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan
pada Allah Swt. Tahapan-tahapan peningkatan religiusitas anak dibutuhkan
keterlibatan keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.Dukungan yang
maksimal dari keluarga (orang tua) dan lingkungan masyarakat dalam penerapan
nilai-nilai agama sangat menentukan tingkat keberhasilan religiusitas anak
dalam kehidupan sehari-hari. Artinya religiusitas tidak hanya diserahkan
sepenuhnya pada sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, akan tetapi
diperlukan dukungan keluarga dan lingkungan masyarakat. (PT. Remaja
Rosdyakarya : Bandung, 2005:135
Budaya sekolah ini merupakan seluruh pengalaman
psikologis para peserta didik baik yang bersifat sosial, emosional, maupun
intelektual yang diserap oleh mereka selama berada dalam lingkungan
sekolah. Respon psikologis keseharian peserta didik terhadap hal-hal seperti
cara-cara guru dan personil sekolah lainnya bersikap dan berprilaku (layanan
wali kelas dan tenaga administratif), implementasi kebijakan sekolah, kondisi
dan layanan warung sekolah, penataan keindahan, kebersihan, dan
kenyamanan lingkungan sekolah. (PT. Remaja Rosdyakarya : Bandung,
2005:135)
semuanya
membentuk budaya sekolah. Semuanya itu akan merembes pada penghayatan
psikologis warga sekolah termasuk peserta didik, yang pada gilirannya membentuk
pola nilai, sikap, kebiasaan, dan perilaku. (Tesis UIN Surabaya Tidak
diterbitkan.: 56)
B. Perkembangan Perilaku siswa
Setelah dikaji
tentang pembiasaan keagamaan secara umum, maka penulis akan memberikan gambaran
sekilas mengenai pengertian perilaku yang akan dibahas dalam penelitian ini.
1. Pengertian perilaku
Perilaku
berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat kelakuan
perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. . Belajar
dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. (Jakarta: Balai Pustaka. 1976: 78).
2. Pengertian remaja
Masa remaja merupakan
sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya
seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa
peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai
anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan
orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga
dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang
diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi.
Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya
akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan,
impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan
dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986).
Fase-fase masa remaja
(pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan
pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
3.
karakteristik perkembangan pada usia remaja
a.
Pertumbuhan Fisik
Pada
masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan
gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan
fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan,
serta otot-otot tubuh berkembangpesat.(Psikologi Perkembangan. Jakarta:Rineka Cipta:85)
b. Perkembangan Seksual
b. Perkembangan Seksual
Terdapat
perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda
perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya
mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar
mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa
dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuanuntukber-reproduksi. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuanuntukber-reproduksi. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Pada
masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis
hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan
pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing
Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan
estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki,
Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone
(ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Pertumbuhan
secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa
sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan
tumbuhnya hormon testosterone.Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat
sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.(
psikolog:1995:82)
c. cara berpikir kausalitas
c. cara berpikir kausalitas
Hal
ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir
kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang
logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu
tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Kemampuan
berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah
dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para
remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri
dengan lingkungan sekitar mereka. (Psikhologi Anak: 1979:78)
Berdasarkan definisi di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku siswa adalah Satu proses dimana
siswa mulai menginjak fase remaja
berubah lebih baik perilakunya dengan andanya pembiasaan keagamaan.
C. Pembiasaan sikap keagamaan terhadap siswa.
1. Urgensi pembiasaan sikap keagamaan pada SMP
Pembinaan mental
seseorang dimulai sejak ia kecil. Semua pengalaman yang dilalui baik yang
disadari atau tidak, ikut mempengaruhi dan menjadi unsur-unsur yang bergabung
dalam kepribadian seseorang. Diantara unsur-unsur terpenting tersebut yang akan
menentukan corak kepribadian seseorang dikemudian hari ialah nilai-nilai yang
diambil dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Nilai-nilai yang
dimaksud adalah nilai-nilai agama, moral dan sosial. Apabila dalam pengalaman
waktu kecil itu banyak didapat nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan
mempunyai unsur-unsur yang baik. (Psikologi Perkembangan:1995:81)
Demikian sebaliknya, jika nilai-nilai yang
diterimanya itu jauh dari agama maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula
dari agama dan relatif mudah goncang. Karena nilai-nilai positif yang tetap dan
tidak berubah-ubah sepanjang zaman adalah nilai-nilai agama, sedang nilai-nilai
sosial dan moral yang didasarkan pada selain agama akan sering mengalami
perubahan, sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah
maka mental (kepribadian) yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral
yang mungkin berubah dan goyah itu, akan membawa kepada kegoncangan jiwa
apabila tidak diimbangi dengan nilai keagamaan.
Anselm von Feurbach,
seorang ahli hukum terkenal pernah mengatakan: “Agama dalam bentuk apapun dia
muncul tetap merupakan kebutuhan ideal umat manusia.” Masa remaja adalah usia
transisi dari masa kanak-kanak menuju masa kematangan dewasa. Kematangan dewasa
secara psikologis adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai a sense of
responsibility serta dalam memiliki filsafat hidup yang mantap. Salah satu
materi yang pokok sebagai pengisi filsafat hidup adalah agama ( Luthfiya : Tesis
UIN Surabaya : 46).
Agama bagi remaja memiliki fungsi yang sangat
penting yaitu untuk penenang jiwa. Pada masa adolesen (antara 13-21 tahun)
seorang individu sedang mengalami masa kegoncangan jiwa. Dalam periode ini
mereka digelisahkan oleh perasaan-perasaan yang ingin melawan dan menentang
orang tua, Kadang-kadang merasa mulai muncul dorongan seks yang sebelumnya
belum pernah mereka rasakan. Disamping itu mereka sering gelisah karena takut
gagal, merasa kurang serasi dalam pertumbuhan dan sebagainya. Segala macam
gelombang itu akan menyebabkan mereka menderita dan kebingungan. Dalam keadaan
seperti itu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan merupakan penolong yang sangat
ampuh untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya. (Luthfiya : Tesis
UIN Surabaya : 46).
Diantara faktor-faktor
yang menambah besarnya kebutuhan remaja pada agama adalah perasaan berdosa yang
sering terjadi pada masa ini. Seperti keadaan tidak berdaya dalam menghadapi
dorongan atau hasrat seksuil, konflik dengan orang tua yang dianggap terlalu
mencampuri kehidupan pribadinya, keinginan kuat untuk mandiri namun ketika
dihadapkan pada kenyataan dan kesulitan hidup yang merupakan konsekuensi logis
dari keinginan mandiri tersebut si remaja menjadi goyah dan setumpuk masalah
lain termasuk masalah pergaulan sesama remaja serta upaya adaptasinya secara
lebih mempribadi dengan lingkungan sekitar. Semua itu baik secara langsung
maupun tidak langsung akan me’maksa’ remaja untuk mencari bantuan diluar
dirinya berupa suatu kekuatan yang diyakini mampu menolong dirinya manakala ia
tidak sanggup lagi bertahan. Untuk itu ia akan memerlukan kepercayaan yang
sungguh-sungguh kepada Tuhan, sehingga bantuan luar yang diharapkannya tidak
menyesatkan dan menggoyahkan pertumbuhan mentalnya. Jika sedari kecil si remaja
yang goncang itu tidak pernah menerima didikan agama maka boleh jadi ia akan
mencari pegangan dengan datang ke dukun-dukun atau yang lebih bahaya membiarkan
dan menjerumuskan dirinya sendiri dalam lingkaran pergaulan yang tidak sehat. Kenakalan-kenakalan
remaja yang mengejala belakangan ini merupakan contoh konkret dari fenomena
remaja yang kehilangan pegangan hidup.( Luthfiya :Tesis UIN Surabaya : 49).
Akhirnya dapat kita
tegaskan bahwa agama dan keyakinan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan Yang Maha
Esa adalah kebutuhan jiwa yang pokok, yang dapat memberikan bantuan bagi remaja
dalam upaya membebaskan dirinya dari gejolak jiwa yang sedang menghebat dan
menolongnya dalam menghadapi dorongan-dorongan seksuil yang baru saja tumbuh.
Remaja sebenarnya takut akan siksaan batin dan konflik jiwa yang kurang jelas
sebab musababnya itu dan harus adanya kontinuitas dalam membiasakan sikap
keagamaan dalam remaja. (Luthfiya :Tesis UIN Surabaya : 46).
Kontinuitas atau
Istiqomah berasal dari kata qawama yang
berarti berdiri tegak lurus. Kata istiqomah selalu dipahami sebagai
sikap teguh dalam pendirian, konsekuen, tidak condong atau menyeleweng ke kiri
atau ke kanan dan tetap berjalan pada garis lurus yang telah diyakini
kebenarannya. Karena itu, istiqomah sering diartikan dengan teguh hati, taat
asas atau konsisten. Istiqomah adalah tegak dihadapan Allah atau tetap pada
jalan yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik
yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan, sikap dan niat. Dengan kata lain,
istiqomah adalah menempuh jalan shiratal mustaqim dengan tidak menyimpang dari
ajaran Allah SWT. Berdiri tegak lurus merupakan simbol
bahwa yang bersangkutan memiliki sikap disiplin, serius dan tidak main-main.
Oleh karenanya, perintah shalat dalam Al-Qur’an menggunakan kata aqiimuu yang
berasal dari kata qoma, karena shalat yang benar adalah shalat yang dilakukan
dengan disiplin dan serius secara terus-menerus. (university islam: MSA, 2002:
75)
Dari
pengertian tersebut, indikator ke-istiqomahan seseorang terutama akan terlihat
ketika menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani suatu perbuatan. Dengan
demikian, dapat diilustrasikan bahwa istiqomah ibarat laboratorium ‘uji nyali’,
apakah seseorang akan goyah dan tergoda oleh rayuan atau teguh hati dan
konsisten dalam memegang prinsip.
Istiqomah
adalah konsistensi, ketabahan, kemenangan, keperwiraan dan kejayaan di medan
pertarungan antara ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Oleh karena itu mereka
yang beristiqomah layak untuk mendapat penghormatan berupa penurunan malaikat
kepada mereka dalam kehidupan di dunia untuk membuang perasaan takut dan sedih
dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kenikmatan surga. Firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih;
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu". (Q.S. Al-Fussilat:30)
Pembiasaan, yakni melakukan perbuatan secara terus-menerus secara
konsisten untuk waktu yang cukup lama., sehingga perbuatan itu benar-benar
dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam
istilah psikologi proses pembiasaan disebut conditioning. Proses ini akan
menjelmakan kebiasaan dan kebisaan, akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi
yang terperangai dalam kehidupan sehari-hari. (university
islam: MSA, 2002: 75)
Dengan
demikian, maka dari kedua pengertian tersebut, yaitu antara istiqomah/
kontinuitas keagamaan dengan pembiasaan keagamaaan dapat diperoleh kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan kontinuitas pembiasaan keagmaan adalah melakukan perbuatan secara
terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama., sehingga perbuatan
itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit
ditinggalkan. Dalam istilah psikologi proses pembiasaan disebut conditioning.
Proses ini akan menjelmakan kebiasaan dan kebisaan, akhirnya akan menjadi
sifat-sifat pribadi yang terperangai dalam kehidupan sehari-hari.
2. Wujud Pembiasaan Keagamaan terhadap
perilaku siswa
Wujud
pembiasaan keagamaan disekolah, menurut Tafsir ada beberapa strategi yang dapat
dilakukanoleh para praktisi pendidikan, di antaranya melalui: (1) memberikan
contoh (teladan); (2) membiasakan hal-hal yang baik; (3) menegakkan disiplin;
(4) memberikan motivasi dan dorongan; (5) memberikan hadiah terutama secara
psikologis; (6) menghukum (mungkin dalam rangka kedisiplinan); (7) pembudayaan
agama yang berpengaruh bagi pertumbuhan anak. (Umm Press. 1996: 181)
Muhaimin dalam bukunya Rekonstruksi Pendidikan Islam menjelaskan
bahwa: Strategi pengembangan budaya agama di Sekolah meminjam teori
Koentjaraningrat (1974) tentang wujud kebudayaan, meniscayakan adanya upaya
pengembangan dalam tiga tataran, yaitu tataran nilai yang dianut, tataran
praktik keseharian, dan symbol-simbol budaya. (Umm Press. 1996: 182)
– Dalam tataran nilai yang dianut perlu dirumuskan secara
bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan perlu di kembangkan di Sekolah, untuk
selanjutnya dibangun komitmen dan loyalitas bersama diantara semua warga
sekolah terhadap nilai-nilai yang disepakati. Seperti hubungan manusia atau
warga sekolah dengan Allah ( hubungan vertical ) dan yang horizontal berwujud
hubungan manusia atau warga sekolah dengan sesamanya, dan hubungan mereka
dengan lingkungan dan alam sekitarnya. (Umm Press. 1996: 181)
– Dalam
tataran praktik keseharian, nilai-nilai keagamaan yang disepakati tersebut
diwujudkan dalam bentuk sikap dan prilaku keseharian oleh warga sekolah. Proses
pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, Pertama, sosialisasi
nilai-nilai agama yang disepakati sebagai sikap dan prilaku ideal yang ingin
dicapai pada masa mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan mingguan
atau bulanan sebagai tahanan dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh
semua warga disekolah dalam melaksanakan nilai-nialai agama yang telah
disepakati tersebut. Ketiga, Pemberian penghargaan terhadap prestasi warga
sekolah, seperti guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik sebagai usaha
pembiasaan ( habit formation) yang menjunjung sikap dan prilaku komitmen dan
loyal terhadap ajaran dan nilai-nilai agama yang disepakati. (persada, 2006:
133-136)
– Dalam tataran simbol-simbol budaya, Pengembangan yang perlu
dilakukan adalah mengganti symbol-simbol budaya yang kurang sejalan dengan
ajaran dan nilai-nilai agama dengan symbol budaya yang agamis. Perubahan symbol
dapat dilakukan dengan mengubah model berpakaian dengan prinsip menutup aurat ,
pemasangan hasil karya peserta didik, foto-foto dan moto yang mengandung
pesan-pesan nilai-nilai keagamaan dan lain-lain. (Tesis UIN Surabaya:
2003: 23)
Kepala sekolah dan guru perlu membuat sebuah standar pelaksanaan dan
tahapan penerapan budaya religius di sekolah.Sehingga keberhasilan pengembangan
budaya religius bisa dievaluasi. Muhaimin memberikan contoh standart dan
tahapan yang berkelanjutan dalam pengembangan budaya religius seperti
misalnya; a) dilaksanakan sholat berjamaah dengan tertib dan disiplin di
masjid madrasah, b) tidak terlibat dalam perkelahian antar-peserta didik, c)
sopan santun berbicara antara peserta didik, peserta didik dengan guru dan
tenaga kependidikan, antara guru dengan guru, anatara guru dan tenaga
kependidikan dan lainnya, d) cara berpakaian peserta didik dan guru yang
islami, e) cara pergaulan peserta didik dan guru sesuai dengan norma islam,
terciptanya budaya senyum, salam dan sapa dan lain sebagainya(Tesis UIN
Surabaya: 2003: 53 )
Menurut Muhaimin, agar pendidikan agama Islam di sekolah dapat
membentuk peserta didik yang memiliki iman, takwa, dan akhlak mulia, maka
proses pembelajaran pendidikan agama harus menyentuh tiga aspek secara terpadu.
Tiga aspek yang dimaksud adalah: (1) knowing, yakni agar peserta didik dapat
mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai agama; (2) doing, yakni agar
peserta didik dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai agama; dan (3) being,
yakni agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan
nilai-nilai agama. Ini tentunya tidak hanya mengandalkan pada proses
belajar-mengajar di dalam atau di luar kelas yang hanya dua jam pelajaran untuk
jenjang SMA/K per pekannya. Namun dibutuhkan pembinaan perilaku dan mentalitas
being religiousmelalui pembudayaan agama dalam komunitas sekolah, keluarga, dan
lingkungan masyarakat di mana para siswa tinggal dan berinteraksi. (Umm Press.
1996: 185)
Keberagamaan atau religiusitas seseorang diwujudkan dalam berbagai sisi
kehidupannya. Aktifitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan
perilaku ritual (beribadah),tetapi juga melakukan aktivitas yang didorong
olehkekuatan supranatural. Bukan hanya berkaitan dengan aktivitas yang tampak
dan dapat dilihat oleh mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan
terjadi dalam hati seseorang
Menurut Nurcholis Madjid, agama bukanlah sekedar tindakan-tindakan
ritual seperti shalat dan membaca do’a. Agama lebih dari itu, yaitu keseluruhan
tingkah laku manusia yang terpuji, yang dilakukan demi memperoleh ridla atau
perkenan Allah.Agama dengan demikian meliputi keseluruhan tingkah laku manusia
dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur
atas dasar percaya atau iman kepada Allah dan tanggung jawab pribadi di hari
kemudian. (Madjid, 2010: 93).
3. Metode Pembiasaan Keagamaan terhadap Siswa
Metode pembiasaan yang sering disebut dengan pengkondisian
(conditioning), adalah upaya membentuk perilaku tertentu dengan cara
mempraktekkannya secara berualang-ulang. Menurut Gagne metode ini disebut direct method
karena metode ini digunakan secara sengaja dan langsung untuk merubah perilaku.
Metode belajar conditioningtergolong dalam pendekatan behaviorisme dan
merupakan kelanjutan dari teori belajar koneksionisme. Prinsip belajar yang
diusung adalah bahwa belajar merupakan hasil dari hubungan antara stimulus dan
respon. Dalam teori belajar koneksionisme atau teori stimulus-respon dijelaskan
bahwa belajar adalah modifikasi tingkah laku organisme/individu sebagai hasil
kematangan dan pengalaman. Kematangan dan pengalaman merupakan hasil dari
proses latihan terus menerus atau pembiasaan. (PINUS Book Publiser, 2007: 4)
Secara praktis metode ini merekomendasikan agar proses pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk praktek langsung (direct experience)
atau menggunanakan pengalaman pengganti/tak langsung (vicarious experience)
Siswa diberikan pengalaman langsung yaitu dengan membiasakan mereka bersikap
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di sekolah maupun
masyarakat. Praktek langsung membaca Al-Qur’an, bersalaman dengan guru,
melaksanakan shalat berjamaah merupakan contoh-contoh pemberian pengalaman
langsung. (RASAIL Media Group, 2008: 3)
Pada proses pembiasaan inilah proses belajar terjadi sebab seseorang
yang dikondisikan untuk membiasakan diri melakukan perilaku tertentu berarti ia
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perilaku tersebut. Hal ini sejalan
dengan pandangan Skinner bahwa belajar adalah proses adaptasi atau proses
penyesuaian tingkah laku secara progresif (process of progressive behavior
adaptation). (Arr Ruzz Media, 2011: 8-9)
Menurut teori conditioning, perubahan perilaku yang merupakan hasil
dari proses belajar pembiasaan dapat diperoleh secara optimal apabila diberi
penguatan (reinforcer). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat.
Pengembangan budaya religius di sekolah adalah bagian dari pembiasaan
penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat.
Pembiasaan ini memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam
yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran disekolah untuk diterapkan dalam
perilaku siswa sehari-hari. Banyak hal bentuk pengamalan nilai-nilai religius
yang bisa dilakukan di sekolah seperti ; saling mengucapkan salam, pembisaan
menjaga hijab antara laki-laki dan perempuan (misal; laki-laki hanya bisa
berjabat tangan siswa laki-laki dan guru laki-laki, begitu juga
sebaliknya.), pembisaan berdoa, sholat dhuha, dhuhur secara berjamaah,
mewajibkan siswa dan siswi menutup aurat, hafalan surat-surat pendek dan
pilihan dan lain sebagainya. (Arr Ruzz Media, 2011: 8-9)
pembiasaan adalah kegiatan intervensi yang difokuskan kepada pengasuh
melalui partisipasi aktif, dengan partisipasi tersebut akan mendukung
berlangsungnya kegiatan anak untuk mendapatkan pengalaman hingga melakukannya
dengan sendiri. Sedangkan menurut
Rebber, yang di kutip oleh Tohirin dalam buku Psikologi Pembelajaran PAI
pembiasaan / operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa
efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat.
(Arr Ruzz Media, 2011: 11)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiasaan adalah perilaku
yang direncanakan untuk mempengaruhi objek, yang dilakukan oleh seseorang
secara sengaja dan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi objek
yang dipengaruhi. Hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan
pribadi anak sangat dperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang
cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut
akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan
bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi
bagian dari pribadinya.
Pembiasaan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin.
Sebagaimana perintah Rasulullah SAW kepada orang tua, dalam hal ini para
pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholat, tatkala mereka
berumur tujuh tahun. Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:
عَنْ عَبْدُ اللهِ
بْنِ عَمْرِوبْنِ الْعَا صِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِااالصَّلَاةِ وَهُمْ اَبْنَا ءُ سَبْعِ
سِنِيْنَ وَضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَا ءُعَشْرِسِنِيْنَ
وَفَرِّقُوْابَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعٍ (رواه ابودود)
Artinya:Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, beliau berkata. Rasulullah SAW bersabda, perintahkanlah kepada anak-anakmu sholat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka kalau meninggalkannya, sedang mereka berumur sepuluh tahun. Dan pisahlah di antara mereka itu dari tempat tidurnya.
( HR. Abu Dawud )
Hadis di atas menggambarkan metode pembelajaran Rasulullah Saw dalam
menerapkan metode pembiasaan. Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan
secara berjamaah itu penting. Sebab dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu
merupakan hal yang sangat penting, karena banyak dijumpai orang berbuat dan
bertingkah laku hanya karena kebiasaan semata-mata. Tanpa itu hidup seseorang
akan berjalan lambat sekali, sebab sebelum melakukan sesuatu seseorang harus
memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan. Mendidik anak dengan metode
pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
عَنْ عَائِشَةَ قَا
لَتْ:قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَحَبُّ الأَعْمَالِ
إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَاوَإِنْ قَلَّ (رواه مسلم)
Artinya:Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Amal
perbuatan yang sangat disukai Allah Swt adalah amal perbuatan yang
dikerjakan secara kontinu (menjadi suatu kebiasaan), sekalipun kadarnya hanya
sedikit (HR. Muslim)
Berdasarkan dari metode pembiasaan keagmaan dapat disimpulkan bahwa Metode
pembiasaan yang sering disebut dengan pengkondisian (conditioning), adalah
upaya membentuk perilaku tertentu dengan cara mempraktekkannya secara
berualang-ulang. Menurut Gagne metode
ini disebut direct method.
Pembentukan pembinaan moral dan pribadi pada umumnya terjadi melalui
pengalaman sejak kecil. Pendidik atau pembina pertama adalah orang tua,
kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya dibentuk
pertama kali di rumah melalui pengalaman yang didapatnya dengan orang tua,
kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru di sekolah, terutama guru yang
disayangi. Jika guru agama dapat membuatnya disayangi oleh murid-murid, maka
pembinaan sikap positif terhadap agama akan mudah terjadi. Guru agama akan
disenangi oleh anak didiknya apabila guru itu dapat memahami perkembangan jiwa
dan kebutuhan-kebutuhannya, lalu
melaksanakan pendidikan agama itu dengan cara yang sesuai dengan
umur anak itu.( Tarbiyatul-Anlad
fil-Islam:2000:98)
Guru agama harus menyadari bahwa anak adalah anak dalam arti
keseluruhannya, baik tubuh (jasmani), pikiran, maupun perasaannya.
Kesanggupannya untuk mendengar penjelasan guru, orang tua, atau orang dewasa
lainnya terbatas, demikian seterusnya. Maka apa yang cocok untuk orang dewasa, tidak akan cocok untuk
anak-anak. Demikianlah seterusnya dengan agama. Artinya, ajaran agama yang
cocok untuk orang dewasa tidak akan
cocok untuk anak-anak. Agar agama mempunyai arti pada
anak, hendaklah disajikan dengan
cara yang sesuai dengan
anak-anak, yaitu dengan cara yang lebih dekat kepada kehidupan sehari
hari dan lebih konkret. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:99)
Latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah seperti sembahyang,
doa, membaca al-Qur`an atau menghafalkan ayat-ayat atau surat- surat pendek,
salat berjamaah di sekolah atau masjid harus dibiasakan sejak kecil, sehingga
lama- kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut. Mereka
dibiasakan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya mereka
akan terdorong untuk
melakukannya, tanpa perintah dari luar, tapi dorongan dari dalam melatih
kebiasaan-kebiasaan baik yang sesuai dengan ajaran agama hendaknya menyenangkan
dan tidak kaku. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:101)
Apabila si anak tidak terbiasa melaksanakan ajaran agama, terutama
ibadah (secara konkret seperti salat, puasa membaca al-Qur`an dan berdoa) dan
tidak pula dilatih atau dibiasakan melaksanakan hal-hal yang diperintahkan
agama dalam kehidupan sehari-hari, serta tidak dilatih untuk menghindari
larangan-larangan agama, mereka pada waktu dewasa nanti akan cenderung kepada acuh
tak acuh, anti agama, atau sekurang-kurangnya mereka tidak akan merasakan pentingnya agama bagi dirinya
.(Ibid:53)
Dalam sebuah syair yang berbunyi
Anak-anak remaja kita tumbuh
Sesuai dengan apa yang dibiasakan orang tuanya
Maksud dari syair di atas adalah
bahwa anak akan tumbuh dewasa sesuai dengan apa yang
dibiasakan waktu kecilnya. Jika diajarkan dan dibiasakan suatu kebaikan, maka
kebaikan itu akan menjadi tabiatnya hingga dewasa. Begitu juga pembiasaan agama
sangat menentukan dalam ibadah, sebab orang yang tidak terbiasa untuk
melakukan salat sejak kecil, maka
ia akan merasa berat untuk melakukannya
ketika sudah dewasa. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Dengan
demikian, maka sesuai
dengan ungkapan yang sudah populer yang menyatakan:
![]() |
“Barangsiapa yang waktu mudanya membiasakan sesuatu,maka hal itu akan
menjadi kebiasaannya pula di waktu tua.” (Mahfudzat:5)
Setelah diketahui, bahwa kecenderungan dan naluri anak-anak dalam
pengajaran dan pembiasaan sangat besar dibandingkan usia lainnya, maka
hendaklah para pendidik dan pengajar memusatkan perhatian pada pengajaran
anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya sejak ia memulai
realita kehidupan ini.
Adapun Rasulullah saw. telah memerintahkan kepada para pendidik agar
mereka mengajarkan dan membiasakan kepada anak didik akan
prinsip- prinsip kebaikan dengan
harapan dapat dijadikan pelajaran bagi
anak-anak didik di antaranya
yaitu:
![]() |
|||
![]() |
|||
. Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan salat ketika mereka berumur 7
tahun, dan pukulah mereka jika enggan ketika mereka berumur 10 tahun!” (H.R.
Abu Daud).
![]() |
|||
![]() |
|||

Hal penting yang harus diketahui oleh
para pendidik dalam
mengajarkan kebaikan kepada anak didik dan membiasakan mereka berbudi
luhur, yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata yang baik pada
kesempatan tertentu dan memberikan hadiah pada kesempatan lain, serta terpaksa
memberikan hukuman pada kesempatan tertentu jika dipandang terdapat maslahat
untuk anak didik dalam meluruskan kebengkokannya. Semua metode ini bermanfaat dalam
upaya membiasakan anak dengan keutamaan- keutamaan jiwa, akhlak, dan etika
sosial. .( Tarbiyatul-Anlad fil-Islam:2000:98)
Sehingga anak didik menjadi manusia mulia, berimbang, lurus dan berakhlak
luhur sesuai dengan ajaran al-Qur`anDari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwasanya pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting, terutama dalam
pembentukan pribadi, akhlak, dan agama, karena pembiasaan-pembiasaan agama itu
akan memasukkan unsur-unsur positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh berkembang.
Semakin banyak pengalaman
agama yang didapat melalui pembiasaan, semakin banyak
pula unsur agama dalam pribadinya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, artinya dalam memproses data peneliti
menggunakan hitungan angka-angka statistik. Selain itu peneliti juga
menggunakan studi perpustakaan, artinya peneliti menggunakan buku-buku
melandasi pendapatnya dan memasukkan pendapat para pakar sebagai acuan dengan
demikian peneliti menggunakan metode deskriptif-kualitatif inilah yang menjelaskan temuanya. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1). Metode Diskriptif
Metode deskriptif
adalah metode yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik variable demi variable (Winarno Surakhmad,1985:133)
2). Metode Korelasional
metode korelasional
adalah metode yang di gunakan untuk mencari hubungan diantara variabel-variabel
yang di teliti. Dapat berifat positif dan negatif.
Metode korelasional
ini bertujuan meneliti sejauh mana variabel dari suatu faktor yang di teliti
oleh penulis kepada faktor yang lain. Dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan dua variabel sehingga bisa dikatakan sebagai korelasi sederhana (Simple
Correlation).
3). Metode Statistik
Metode statistik adalah mengolah data
peneliti menggunakan cara hitungan dan angka-angka dengan rumus statistic
dengan tingkat pengukuranya adalah menggunakan interval.
B. Populasi dan Sampel
1.
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian
(Noeng Muhadji, 1992:38).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Tuban dengan jumlah
populasi yang digunakan adalah berjumlah 684 siswa (jumlah keseluruhan).
2. Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1987:170).
Menurut Suharsimi Arikunto apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik
semuanya, selanjutnya jika subyek lebih besar dapat diambil antara10% s/d 15%
atau 20% s/d 25% (Arikunto, 1984:107).
Adapun jumlah siswa SMP Negeri 3 Tuban adalah 684 dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah keadaan
Siswa
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
VIIA
|
12
|
17
|
29
|
VIIB
|
17
|
12
|
29
|
VIIC
|
14
|
15
|
29
|
VIID
|
17
|
12
|
29
|
VIIE
|
14
|
14
|
28
|
VIIF
|
14
|
14
|
28
|
VIIG
|
12
|
16
|
28
|
VIIH
|
14
|
14
|
28
|
VIIIA
|
17
|
12
|
29
|
VIIIB
|
13
|
17
|
30
|
VIIIC
|
12
|
17
|
29
|
VIIID
|
15
|
14
|
29
|
VIIIE
|
17
|
13
|
30
|
VIIIF
|
14
|
15
|
29
|
VIIIG
|
13
|
17
|
30
|
VIIIH
|
14
|
15
|
29
|
IXA
|
16
|
14
|
30
|
IXB
|
14
|
14
|
28
|
IXC
|
15
|
14
|
29
|
IXD
|
17
|
13
|
30
|
IXE
|
13
|
17
|
30
|
IXF
|
14
|
14
|
28
|
IXG
|
15
|
14
|
29
|
IXH
|
17
|
13
|
30
|
TOTAL
|
323
|
361
|
684
|
Berdasarkan pedoman di atas, peneliti mengambil sampel sebanyak 25 % dari
jumlah populasi kelas VII - IX sebanyak 684 dengan menggunakan tehnik porprosive
sampling ditentukan seluruh siswa kelas VII, VIII, IX.
Jadi jumlah
siswa SMP Negeri 3 Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban yang dijadikan sampel
sebanyak 100 siswa baik putra maupun putri
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi
yang di pilih peneliti untuki menulis karya ilmiah adalah di sekolah menengah
pertama negeri 3 Tuban. Terdapat di Jl. Sunan Kalijaga No. 67 kecamatan
Tuban Kabupaten Tuban. Pada tanggal 12, 16, dan 23 Januari 2017.
Peta 3.1 Lokasi Penelitian

D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Angket
Metode Angket adalah suatu metode pengumpulan data
dengan cara memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden atau
pihak yang diteliti (Hadi,1987:82).
Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pembiasaan
sikap keagamaan terhadap perilaku siswa pada siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun
Pelajaran 2016/2017.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode mencari data
dengan hal-hal atau variabel yang berupa catatan yang sifatnya tertulis seperti
grafik, keadaan siswa, buku, surat kabar dan sebagainya (Hadi,1987:188).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data
tentang pembiasaan sikap keagamaan terhadap siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun
Pelajaran 2016/2017.
3. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,1987:136).
Metode yang penulis gunakan adalah metode observasi
tidak langsung yaitu dengan teknik Rating Scale. Rating Scale adalah pencatatan
gejala menurut tingkatan-tingkatannya.(Sutrisno
Hadi,981:179). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku
ssiswa.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran
umum obyek penelitian.
4. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah cara atau bentuk
komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Hadi,1987:143).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data
tentang perilaku siswa.
E. Metode Analisa Data
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul,
digunakan analisa statistik dengan rumus sebagai berikut:
a.
Rumus Prosentase

Keterangan :
P : Angka prosentasi yang diberi
F : Frekuensi dari jawaban
N : Jumlah Responden (Sutrisno Hadi,1982:399)
Rumus ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh pembiasaan
sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran
2016/2017.
b.
Rumus Korelasi Product Moment
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pembiasaan
sikap keagamaan terhadap perilaku siswa SMP Negeri 3 Tuban Tahun Pelajaran
2016/2017 digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi variable x dan
variable y
xy : perkalian antara x
dan y
x 2 : Variabel pengaruh
y 2 : Variabel terpengaruh
N : Jumlah Sampel yang diselidiki

Tidak ada komentar:
Posting Komentar